Showing posts with label UN BAHASA INDONESIA. Show all posts
Showing posts with label UN BAHASA INDONESIA. Show all posts

31 March 2017

MENYUNTING EJAAN DAN TANDA BACA



Menyunting merupakan upaya memperbaiki naskah atau teks. Menyunting ejaan dan tanda baca berarti memperbaiki ejaan dan tanda baca.

Ruang lingkup materi ejaan meliputi pemakaian huruf kapital  dan penulisan kata. Sedangkan ruang lingkup materi tanda baca meliputi seluruh penggunaan tanda baca. Akan tetapi sangat penting untuk mencermati tanda baca yang lebih umum, seperti tanda titik (.), tanda koma (,) tanda titik dua (:), dan tanda petik (“…”).

Mengacu ke Kisi-Kisi Ujian Nasional SMA tahun 2016/2017 untuk menyunting ejaan dan tanda baca,  siswa diharapkan mampu menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca, menggunakan, memperbaiki kesalahan, dan menentukan alasan kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca.

Berikut ini disajikan kompetensi menyunting ejaan dan tanda baca sesuai dengan level kognitifnya.

No
Level Kognitif
Kompetensi Menyunting ejaan dan tanda baca
1
Pengetahuan dan Pemahaman
1.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan ejaan (judul sapaan/gelar, nama geografi, nama diri, kata tugas)
2.      mengidentifikasi kesalahan penggunaan tanda baca
2
Aplikasi
1.      menggunakan ejaan
2.      menggunakan tanda baca
3
Penalaran
1.      memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan
2.      memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca
3.      menentukan alasan kesalahan dari segi ejaan dan tanda baca



Pedoman penyuntingan ejaan dan tanda baca

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), untuk mengoreksi kata baku atau tidak baku.

2. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, Permendikbud nomor 50 tahun 2015, untuk mengoreksi penggunaan tanda baca, penggunaan huruf capital, serta penulisan singkatan dan akronim.

Berikut ini disajikan kompetensi menyunting ejaan dan tanda baca sesuai level kognitifnya.

  1. Level Pengetahuan dan Pemahaman
    Level pengetahuan dan pemahaman dikategorikan level rendah dalam keterampilan menyunting. Pada level ini, peserta didik dituntut mengidentifikasi atau menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan dan kesalahan penggunaan tanda baca.

  1. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan ejaan
    Pada level ini, peserta didik dituntut mampu menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan. Ruang lingkup materi ejaan dalam hal ini meliputi pemakaian huruf dan penulisan kata, terutama penulisan judul sapaan/gelar, nama geografi, nama diri, kata tugas.
  2. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan tanda baca
    Pada level ini, peserta didik dituntut mampu menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan.  Ruang lingkup materi tanda baca meliputi seluruh penggunaan tanda baca. Akan tetapi sangat penting untuk mencermati tanda baca yang lebih umum, seperti tanda titik (.), tanda koma (,) tanda titik dua (:), dan tanda petik (“…”).

Menulis Terbatas


RINGKASAN MATERI UN 2017 BAHASA INDONESIA SMA



MENULIS TERBATAS

Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan, 1986:15).

Mengacu ke Kisi-Kisi Ujian Nasional SMA  tahun 2016/2017 untuk kemampuan menulis yang diujikan adalah menulis terbatas. Sebagai bahan tulisan, teks dibedakan menjadi teks nonsastra dan teks sastra. Teks nonsastra adalah karangan ilmiah yang bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Contoh berita, eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi,  prosedur, editorial, ulasan/resensi, dan biografi. Adapun teks sastraa adalah tulisan yang berisi cerita rekaan dengan bahasa, gaya, dan citra yang indah. Yang termasuk jenis teks sastra adalah teks puisi, teks naratif/prosa, dan teks drama.

Berikut ini disajikan kompetensi menulis terbatas sesuai dengan level kognitifnya.

No
Level Kognitif
Kompetensi Menulis Terbatas
1
Pengetahuan dan Pemahaman
melengkapi kalimat/paragraf dengan istilah/ kata/ ungkapan/peribahasa
2
Aplikasi
1.      melengkapi unsur teks (eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi, ulasan biografi, prosedur)
2.      melengkapi teks sastra (prosa, puisi, drama)
3.      menggabungkan kalimat
4.      mengurutkan unsur teks
3
Penalaran
1.      memvariasikan kata yang bermakna sama
2.      memvariasikan kalimat yang bertujuan sama
3.      menggabungkan beberapa kalimat dengan konjungsi yang sesuai
4.      memvariasikan unsur teks
5.      mengubah bentuk teks lain



  1. Level Pengetahuan dan Pemahaman
    Level pengetahuan dan pemahaman dikategorikan level rendah dalam keterampilan menulis. Pada level ini, peserta didik dituntut melengkapi kalimat atau paragraf dengan istilah/ kata/ ungkapan/peribahasa.

  1. Melengkapi kalimat/paragraf dengan istilah/kata
    Melengkapi kalimat/paragraf berarti melengkapi kalimat/paragraf yang dirumpangkan kata-katanya. Melengkapi kalimat/paragraf dengan kata/istilah harus mempertimbangkan informasi utuh kalimat/paragraf tersebut. Selain itu, perlu mempertimbangkan kata/istilah  yang digunakan.
  2. Melengkapi kalimat/paragraf dengan ungkapan/peribahasa
    Melengkapi kalimat/paragraf berarti melengkapi kalimat/paragraf yang dirumpangkan kata-katanya. Melengkapi kalimat/paragraf dengan ungkapan/peribahasa harus mempertimbangkan informasi utuh kalimat/paragraf tersebut. Selain itu, perlu mempertimbangkan ungkapan/peribahasa yang digunakan.
    Ungkapan adalah Gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
    Contoh
    Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
    Peribahasa adalah kata-kata yang tetap susunanya dan mengiaskan maksud tertentu.
    Contoh
    Bagai aur dengan tebing
    Artinya : Dua Hal yang tak mungkin untuk dipisahkan (selalu berdampingan)

  1. Level Aplikasi
    Level aplikasi merupakan Keterampilan penguasaan konsep dan penerapannya untuk memahami teks. Peserta didik dituntut kemampuan melengkapi unsur teks nonsastra (eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi, ulasan biografi, prosedur), melengkapi teks sastra (prosa, puisi, drama), menggabungkan kalimat, dan mengurutkan unsur teks.

  1. Melengkapi Unsur Teks Nonsastra (Eksposisi, Deskripsi, Argumentasi, Narasi, Ulasan Biografi, Prosedur)
    Dalam melengkapi unsur teks, hal yang yang harus diperhatikan adalah keutuhan sebuah teks.
    Di bawah ini disajikan tujuan dan struktur beberapa teks nonsastra.
    ISI DAN POLA PENYAJIAN BERBAGAI TEKS

Jenis Teks
Tujuan
Struktur
1.      Berita
Menyampaikan suatu informasi/berita
1.      orientasi 
2.      peristiwa
3.      sumber berita.
2.      eksposisi
Memaparkan informasi yang dilengkapi gagasan atau usulan berdasarkan sudut pandang tertentu
1.      pernyataan pendapat (tesis)
2.      argumentasi 
3.      penegasan ulang pendapat.
3.      prosedur
Memaparkan cara melakukan sesuatu dengan baik dan benar
1.      tujuan yang akan dicapai
2.      langkah-langkah.
4.      editorial
Mengemukakan pendapat atau pandangan suatu media tentang suatu fenomena sosial
1.      pernyataan pendapat (thesis statement)
2.      argumentasi (arguments) 
3.      pernyataan ulang pendapat (reiteration).
5.      Ulasan/resensi
Mengevaluasi/menilai daya tarik suatu karya
1.      Orientasi
2.      tafsiran isi
3.      evaluasi rangkuman.





  1. Melengkapi Teks Sastra (Prosa, Puisi, Drama)

  1. Melengkapi Teks Prosa
    Teks cerpen dan novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa. Teks cerpen dan teks novel terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk melengkapi teks cerpen
    dan teks novel tersebut adalah dengan memahami isi teks cerpen dan teks novel yang disajikan. Kalimat tepat untuk melengkapi teks cerpen dan teks novel adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Cara melengkapi teks cerpen dan novel tersebut adalah dengan menemukan kata kunci yang bisa dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.
  2. Melengkapi Teks Puisi
    Puisi adalah karya sastra yang tidak terikat rima dan jumlah suku kata. Puisi disusun sesuai ekspresi penyair. Penyair sering menggunakan kata-kata simbolik, kias, dan berlambang. Melengkapi puisi rumpang dapat dilakukan dengan cara memahami isi puisi, menentukan kata kunci, dan memilih diksi tepat.
    Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Pantun terkadang disajikan dalam bentuk rumpang baik bagian sampiran yang dirumpangkan maupun bagian isinya. Untuk melengkapi pantun rumpang dapat dilakukan dengan memahami makna tersurat dalam pantun. Bagian sampiran dan bagian isi harus berkaitan satu sama lain. Anda juga harus memahami tujuan pantun tersebut untuk menyindir, bersenda gurau, atau memberi nasihat.
  3. Melengkapi Teks Drama
    Teks drama merupakan karya sastra yang berbentuk dialog. Teks drama terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk melengkapi teks drama tersebut dapat dilakukan dengan

  1. memahami isi teks drama;
  2. memperhatikan kalimat sebelum dan sesudah kalimat rumpang. Kalimat untuk melengkapi dialog yang rumpang adalah kalimat yang sesuai dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.

  1. Menggabungkan kalimat dan Mengurutkan Unsur Teks
    Untuk menyusun paragraf dari beberapa data dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.

    1. Cermati data yang disajikan. Data dapat berupa angka, fakta, gambaran objek ruang dan waktu, langkah-langkah, serta berbagai peristiwa.
    2. Berdasarkan data yang disajikan, temukan jenis paragraf yang akan disusun. Data berupa fakta dan angka termasuk jenis paragraf eksposisi. Data berupa gambaran objek ruang dan waktu termasuk jenis paragraf deskripsi. Data berupa langkah-langkah termasuk paragraf prosedur. Data berupa urutan peristiwa termasuk paragraf narasi.
  1. Berdasarkan data dan penentuan jenis paragraf, Anda dapat menyusun menjadi paragraf padu.
  2. Pilihlah data yang bersifat umum dan memuat gagasan utama. Gunakan data tersebut sebagai kalimat utama.
  3. Susun data yang disajikan menjadi paragraf padu.

  1. Level Penalaran
    Level penalaran dikategorikan level tinggi dalam keterampilan menulis. Pada level ini mengharuskan peserta didik untuk melakukan analisis, evaluasi, sintesis, dan mengkreasi berbagai jenis teks.

    1. Memvariasikan kata yang bermakna sama
      Kata adalah unsur yang membentuk kalimat. Beberapa jenis kata tersebut memiliki variasi kata yang bermakna sama yang disebut dengan bersinonim. Sinonim adalah beberapa kata yang memiliki bentuk berbeda, tetapi memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim disebut juga persamaan kata atau padanan kata. Contoh:
      bohong = dusta
      haus = dahaga
      pakaian = baju
      bertemu = berjumpa
    2. Memvariasikan kalimat yang bertujuan sama
      Kalimat adalah deretan kata yang mengandung satu pengertian lengkap. Setiap kata memiliki jabatan yang berbeda. Ada yang jabatannya subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Jabatan--jabatan kata dalam kalimat tersebut membentuk pola kalimat.
      Berikut pola kalimat utama dalam bahasa Indonesia.

    1. Pola Subjek-Predikat (S-P) Contoh: Rosi       rajin.
    2. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O) Contoh: Kusri membeli burung merpati.
    3. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K) Contoh: Marina menangis tersedu-sedu.
    4. Subjek-Predikat-Pelengkap (S-P-Pel.) Contoh: Kemeja berwarna merah
    5. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel.) Contoh: Ibu menjahit baju seragam olahraga.
    6. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K) Contoh: Pasukan tentara itu menyandang senapan di bahunya.
    7. Keterangan-Subjek-Predikat Contoh: Kemarin Susi kecelakaan.


  1. Menggabungkan Beberapa Kalimat dengan Konjungsi yang Sesuai

Konjungsi atau kata penghubung merupakan kata yang menghubungkan kata, frasa, atau kalimat.

a. kata penghubung antarklausa

1).   Konjungsi Koordinatif Contoh: dan, serta, tetapi, sedangkan, melainkan, atau

2).   Konjungsi korelatif Contoh:

    1. Baik…maupun
    2. Tidak…tetapi
    3. Bukan…melainkan
    4. Sedemikian…sehingga.
    5. Entah…entah
    6. jangankan …        pun
      3).   Konjungsi Subordinatif

    1. Subordinatif waktu, Contoh: ketika, sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
    2. Subordinatif syarat, Contoh: jika, kalau, jikalau, asal, bila, manakala
    3. Subordinatif tujuan. Contoh: agar, supaya, biar
    4. Subordinatif pengandaian, Contoh: andaikata, seandainya. umparna.nya
    5. Subordinatif konsesif, Contoh: biarpun. walaupun, meskipun
    6. Subordinatif  pembandingan, Contoh: seperti, bagai, seolah-olah, seakan-akan
    7. Subordinatif sebab, Contoh: oleh karena itu, oieh sebab itu, sebab, karena
    8. Subordinatif hasi/akibat, Contoh: sehingga, sampai, maka
    9. Subordinatif atributif, Contoh: yang
    10. Subordinatif perbandingan, Contoh: sama dengan, lebih,  daripada .
    11. Subordinatif komplementatif, Contoh: bahwa
      b. Konjungsi Antarkalimat
      Contoh: oleh karena itu, walaupun demikian, akan tetapi. bahwasanya, sebaliknya, selain itu, kecuali itu, lagi pula

  1. Mengubah teks ke bentuk lain
    Yang dimaksud dengan mengubah teks ke dalam bentuk lain adalah mengubah suatu teks ke bentuk teks lain. Misalnya, mengubah teks wawancara menjadi teks eksposisi, teks puisi ke prosa, teks drama ke teks prosa, dan sebagainya.

Ringkasan Materi UN 2017 Bahasa Indonesia SMA: Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf


RINGKASAN MATERI UN 2017 BAHASA INDONESIA SMA



MENYUNTING KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF



Menyunting merupakan upaya memperbaiki naskah atau teks. Menyunting kata, kalimat, dan paragraf berarti memperbaiki kata, kalimat, dan paragraf.

Mengacu ke Kisi-Kisi UN tahun 2016/2017 indikator materi penyuntingan dikelompokkan antara lain menunjukkan kesalahan, menggunakan, menunjukkan alasan kesalahan, dan memperbaiki.

Berikut ini disajikan kompetensi menyunting kata, kalimat, dan paragraf sesuai dengan level kognitifnya.

No
Level Kognitif
Kompetensi Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf
1
Pengetahuan dan Pemahaman
1.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kata/istilah
2.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan konjungsi
3.      Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kalimat
4.      Mengidentifikasi kalimat tidak padu dalam paragraf

2
Aplikasi
1.      Menggunakan kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata)
2.      Mengisi dengan konjungsi yang sesuai

3
Penalaran
1.      Memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat
2.      Memperbaiki kesalahan paragraf
3.      Menentukan alasan dari segi pilihan kata/kalimat dalam
Paragraf



  1. Level Pengetahuan dan Pemahaman
    Level pengetahuan dan pemahaman dikategorikan level rendah dalam keterampilan menyunting. Pada level ini, peserta didik dituntut mengidentifikasi atau menunjukkan kesalahan penggunaan kata/istilah, kesalahan penggunaan konjungsi, kesalahan penggunaan kalimat efektif, dan mengidentifikasi atau menunjukkan kalimat tidak padu dalam paragraf.

  1. Mengidentifikasi Kesalahan Penggunaan Kata/Istilah
    Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kata/istilah artinya menunjukkan kesalahan penggunaan kata/istilah dalam kalimat dan dalam paragraf. Kata yang disunting dalam kalimat dan paragraf adalah kata tidak baku. Istilah yang disunting adalah penggunaan peristilahan yang tidak baku atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
  2. Mengidentifikasi Kesalahan Penggunaan Konjungsi
    Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus disunting adalah penggunaan konjungsi tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Menyunting konjungsi dalam paragraf sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi memperhatikan makna dan maksud kalimat.
  3. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kalimat
    Mengidentifikasi kesalahan penggunaan kalimat artinya menemukan dan menunjukkan kesalahan penggunaan kalimat tidak efektif. Kalimat tidak efektif antara lain ditandai dengan Ketidaklengkapan Unsur Kalimat, Ketidaktepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat, Penggunaan Unsur Kalimat secara Berlebihan, Pilihan Kata Tidak Tepat,  ketidakparalelan, kontaminasi, dan kesalahan konjungsi.
    Kalimat efektif ditandai antara lain mudah dipahami isi atau pesannya, lengkap unsur kalimatnya, kata yang digunakan tepat, tidak berlebihan, dan tidak ambigu, dan sebagainya.
  4. Mengidentifikasi kalimat tidak padu dalam paragraf
    Mengidentifikasi kalimat tidak padu dalam paragraf artinya menemukan atau menunjukkan kalimat yang tidak padu dalam paragraf. Kalimat tidak padu dalam paragraf adalah kalimat yang isinya tidak sesuai dengan isi kalimat yang lain dalam paragraf. Kalimat tidak padu juga kalimat penjelas yang tidak mendukung kalimat utama dalam paragraf.


  1. Level Aplikasi
    Level aplikasi merupakan kompetensi penguasaan konsep dan penerapannya untuk menyunting kata, kalimat, dan paragraf. Pada level ini peserta didik  dituntut kemampuan menerapkan konsep yang dikuasainya untuk menyunting meliputi menggunakan kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata) dan mengisi dengan konjungsi yang sesuai. Peserta didik tidak hanya dituntut mampu menunjukkan kesalahan, tetapi juga memperbaiki kesalahan.

  1.  menggunakan kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata)
    Kata bentukan adalah kata yang telah mengalami proses morfologis. Proses morfologis adalah proses terbentuknya suatu kata dari kata lain dengan cara afiksasi, reduplikasi, atau komposisi. Kata bentukan yang dimaksud adalah kata berimbuhan, bentuk ulang, dan gabungan kata. Untuk dapat menggunakan kata bentukan dengan tepat perlu mencermati makna kata bentukan dan penggunaan kata bentukan tersebut.
  2. mengisi dengan konjungsi yang sesuai
    Mengisi dengan konjungsi yang sesuai artinya memilih konjungsi yang tepat dalam kalimat atau paragraf. Penggunaan konjungsi dalam kalimat atau paragraf disesuaiakan dengan hubungan antarkata, antarklausa, dan antarkalimat dalam paragraf.

  1. Level Penalaran
    Pada level ini mengharuskan peserta didik untuk melakukan analisis, evaluasi, sintesis untuk dapat  menyunting kata, kalimat, dan paragraf. Peserta didik dituntut menentukan alasan kesalahan dan memperbaiki kesalahan penggunaan kata,  kalimat,  dan paragraf.

  1. Memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat
    Memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat artinya memperbaiki kalimat tidak efektif menjadi kalimat efektif. Kalimat tidak efektif antara lain ditandai dengan Ketidaklengkapan Unsur Kalimat, Ketidaktepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat, Penggunaan Unsur Kalimat secara Berlebihan, Pilihan Kata Tidak Tepat,  ketidakparalelan, kontaminasi, dan kesalahan konjungsi. Kalimat efektif ditandai antara lain mudah dipahami isi atau pesannya, lengkap unsur kalimatnya, kata yang digunakan tepat, tidak berlebihan, dan tidak ambigu, dan sebagainya
  2. Memperbaiki kesalahan paragraf
    Kesalahan paragraf ditandai antara lain adanya kalimat tidak padu. Memperbaiki kesalahan paragraf artinya memperbaiki kalimat tidak padu menjadi kalimat padu dalam paragraf.
    Kalimat tidak padu adalah kalimat yang isinya tidak sesuai dengan isi kalimat-kalimat lain dalam paragraf. Selain itu, kalimat tidak padu juga tidak mendukung kalimat utama dalam paragraf. Untuk memperbaiki kalimat tidak padu menjadi kalimat padu dilakukan dengan memperbaiki isi kalimat tidak padu agar sesuai dengan isi kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf dan isinya mendukung kalimat utama dalam paragraf.
  3. Menentukan alasan dari segi pilihan kata/kalimat dalam Paragraf
    Menentukan alasan dari segi pilihan kata/kalimat dalam paragraf artinya menunjukkan bagian kata/kalimat yang salah dalam paragraf dan memberikan alasan mengapa hal tersebut salah.

Berikut ini disajikan contoh kegiatan menentukan alasan kesalahan kalimat efektif dan memperbaiki kalimat efektif.

No
Kalimat tidak efektif
Keterangan (alasan kesalahan)
Kalimat efektif (perbaikan)
1.       
Sebagai tempat membaca, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi. Kalimat tersebut tidak menyertakan subjek kalimat.
Sebagai tempat membaca, perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
2.       
Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Ketidaktepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya diletakkan di belakang tanda koma.
Sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
3.       
Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
Penggunaan Unsur Kalimat secara Berlebihan
Kalimat tersebut tidak efektif karena pemakaian kata Para dan ibu-ibu yang keduanya menunjukkan makna jamak. Kata ibu tidak perlu diulang
Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih atau,  lbu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
4.       
Guru menugaskan siswanya membuat karangan
Penggunaan kata bentukan yang salah
Akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek tak langsung. Seharusnya menggunakan akhiran-i
Guru menugasi siswanya membuat karangan .
5.       
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan kabel.
Paralelisme/Kesejajaran
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Jika bentuk pertama menggunakan kata kerja (mengecat) bentuk selanjutnya juga harus kata kerja (memperbaiki bukan perbaikan, memasang bukan pemasangan)
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, memperbaiki saluran air, dan memasang kabel.
6.       
Di Yayasan itu dipelajarkan berbagai Keterampilan wanita
Kontaminasi/kerancuan
Pada kalimat tersebut terdapat bentuk kata rancu yaitu dipelajarkan.
a.       Di yayasan itu, diajarkan berbagai Keterampilan wanita
b.      Di yayasan itu, dipelajari berbagai Keterampilan wanita.
7.       
Sebelum  ke kamar mandi, Mirta meminta ijin pada gurunya.
Ketidakbakuan
Pada kalimat tersebut ada kata tidak baku yaitu ijin yang seharusnya izin.
Sebelum ke kamar mandi, Mirta meminta izin pada gurunya.
8.       
Kalau lulus ujian, maka Afniakan mengadakan syukuran.
Kesalahan konjungsi
Penggunaan konjungsi maka yang salah.
Kalau lulus ujian, Afni akan mengadakan syukuran.