CONTOH ANALISIS STRUKTUR DAN CIRI
KEBAHASAAN TEKS RESENSI
Judul
Novel : Saksi Mata
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Tebal : x + 434 halaman
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Tebal : x + 434 halaman
berusia
sepuluh tahun sedangkan dalam novel Ca Bau Kan yang
telah diangkat ke layar lebar, digambarkan bagaimana keadaan Jakarta Kota era
zaman penjajahan Belanda dengan sangat detail. Lalu apa hubungannya dengan
novel Saksi
Mata karya
Suparto Brata ini?
Dalam
Saksi
Mata,
yang menjadi “jagoan” alias tokoh utamanya adalah bocah berusia dua belas tahun
bernama Kuntara, seorang pelajar sekolah rakyat Mohan-gakko dan mengambil
seting kota Surabaya di zaman penjajahan Jepang dengan penggambaran yang sangat
apik, detail dan sangat memikat. Novel setebal 434 halaman ini sendiri
sebenarnya merupakan cerita bersambung yang dimuat di Harian Kompas pada
rentang waktu 2 November 1997 hingga 2 April 1998.
Kisah berawal saat Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng Rumsari alias Bulik Rum tengah bercinta dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum. “Pemandangan” yang luar biasa itu dan belum patut untuk disaksikan oleh Kuntara membuat perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun masygul dengan apa yang dilakukan oleh Bulik Rum yang selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini menyembunyikan sejuta kisah yang tak bakal disangka-sangka.
Kisah berawal saat Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng Rumsari alias Bulik Rum tengah bercinta dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum. “Pemandangan” yang luar biasa itu dan belum patut untuk disaksikan oleh Kuntara membuat perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun masygul dengan apa yang dilakukan oleh Bulik Rum yang selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini menyembunyikan sejuta kisah yang tak bakal disangka-sangka.
Bulik
Rum adalah “wanita simpanan” tuan Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan
sehari-harinya bekerja di pabrik karung Asko. Mau tidak mau Bulik Rum harus
melayani nafsu Ichiro Nishizumi kapan saja. Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah
dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan semua itu dan
memboyongnya ke Surabaya. Baik Wiradad maupun ayah Bulik Rum sendiri tidak
mampu mencegah keinginan Ichiro Nishizawa yang sangat berkuasa ini. Tetapi
Wiradad tidak mau menyerah begitu saja dan segera menyusul Bulik Rum ke
Surabaya.
Saat
Wiradad akan bertemu dengan Bulik Rum inilah terjadi sesuatu yang diluar
dugaan. Okada yang merupakan guru Kuntara di sekolah rakyat Mohan-gakko
berupaya untuk melampiaskan nafsunya kepada Bulik Rum, yang dengan tegas menolak
keinginan Okada. Okada yang gelap mata ini segera menikamkan samurai kecilnya
hingga akhirnya Bulik Rum terbunuh di bungker perlindungan. Okada yang selama
ini sangat dihormati oleh Kuntara tenyata memiliki tabiat tidak beda dengan
Tuan Ichiro Nishizawa, sama-sama doyan tidur dengan berbagai macam perempuan.
Dari
sinilah awal kisah “petualangan” Kuntara dalam mengungkap kasus terbunuhnya
Bulik Rum hingga upaya untuk membalas dendamnya bersama dengan Wiradad kepada
tuan Ichiro Nishizawa dan juga Okada.
Sejak kasus terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya.
Dengan segala “kecerdikan” ala detektif cilik Lima Sekawan Kuntara berupaya menyelesaikan kasus ini bersama dengan Wiradad.
***
Sangat jarang sekali novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain dari novel Mencoba Tidak Menyerahnya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan
bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?
Sejak kasus terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya.
Dengan segala “kecerdikan” ala detektif cilik Lima Sekawan Kuntara berupaya menyelesaikan kasus ini bersama dengan Wiradad.
***
Sangat jarang sekali novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain dari novel Mencoba Tidak Menyerahnya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan
bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?
Keunggulan
lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota
Surabaya di tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya
segala! Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah oleh
Suparto Brata. Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling
yang kala itu masih “berbau”
Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda. Juga tentang bungker-bungker perlindungan yang digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan udara--kebetulan saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan juga tentang
stasiun kereta api Gubeng yang tersohor itu.
Hindia Belanda karena nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda. Juga tentang bungker-bungker perlindungan yang digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan udara--kebetulan saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan juga tentang
stasiun kereta api Gubeng yang tersohor itu.
Sebagai
arek Suroboyo yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata
jelas tidak mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah
penulis yang hidup dalam tiga zaman- -kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang
dan era kemerdekaan.
Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang meski tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele. Novel ini juga diperkaya dengan adanya kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Tetapi uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri. (Dodiek Adyttya Dwiwa dalam Cybersastra.net)
Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang meski tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele. Novel ini juga diperkaya dengan adanya kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Tetapi uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri. (Dodiek Adyttya Dwiwa dalam Cybersastra.net)
Sumber:
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa
Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
B. Analisis Struktur Resensi
1.
Judul
resensi
Petualangan
Bocah di Zaman Jepang
2.
Identitas
buku yang diresensi
Judul Novel : Saksi Mata
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Tebal : x + 434 halaman
Pengarang : Suparto Brata
Penerbit : Penerbit Buku KOMPAS
Tebal : x + 434 halaman
3.
Pendahuluan
(memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dll)
Setelah membaca novel
yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak
Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy
Sylado. Dalam novel Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya
adalah bocah laki-laki
berusia sepuluh tahun
sedangkan dalam novel Ca Bau Kan yang telah diangkat ke layar lebar,
digambarkan bagaimana keadaan Jakarta Kota era zaman penjajahan Belanda dengan
sangat detail. Lalu apa hubungannya dengan novel Saksi Mata karya Suparto Brata
ini?
Dalam Saksi Mata, yang menjadi
“jagoan” alias tokoh utamanya adalah bocah berusia dua belas tahun bernama
Kuntara, seorang pelajar sekolah rakyat Mohan-gakko dan mengambil seting kota
Surabaya di zaman penjajahan Jepang dengan penggambaran yang sangat apik,
detail dan sangat memikat. Novel setebal 434 halaman ini sendiri sebenarnya
merupakan cerita bersambung yang dimuat di Harian Kompas pada rentang
waktu 2 November 1997 hingga 2 April 1998.
4.
Inti/isi
resensi
Kisah berawal saat
Kuntara secara tidak sengaja memergoki buliknya Raden Ajeng Rumsari alias Bulik
Rum tengah bercinta dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan
baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum.
“Pemandangan” yang luar biasa itu dan belum patut untuk disaksikan oleh Kuntara
membuat perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun masygul dengan apa yang
dilakukan oleh Bulik Rum yang selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa
mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini menyembunyikan sejuta kisah
yang tak bakal disangka-sangka.
Bulik Rum adalah
“wanita simpanan” tuan Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan sehari-harinya bekerja
di pabrik karung Asko. Mau tidak mau Bulik Rum harus melayani nafsu Ichiro
Nishizumi kapan saja. Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi
tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke
Surabaya. Baik Wiradad maupun ayah Bulik Rum sendiri tidak mampu mencegah
keinginan Ichiro Nishizawa yang sangat berkuasa ini. Tetapi Wiradad tidak mau
menyerah begitu saja dan segera menyusul Bulik Rum ke Surabaya.
Saat Wiradad akan
bertemu dengan Bulik Rum inilah terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Okada yang
merupakan guru Kuntara di sekolah rakyat Mohan-gakko berupaya untuk
melampiaskan nafsunya kepada Bulik Rum, yang dengan tegas menolak keinginan
Okada. Okada yang gelap mata ini segera menikamkan samurai kecilnya hingga
akhirnya Bulik Rum terbunuh di bungker perlindungan. Okada yang selama ini
sangat dihormati oleh Kuntara tenyata memiliki tabiat tidak beda dengan Tuan
Ichiro Nishizawa, sama-sama doyan tidur dengan berbagai macam perempuan.
Dari sinilah awal kisah
“petualangan” Kuntara dalam mengungkap kasus terbunuhnya Bulik Rum hingga upaya
untuk membalas dendamnya bersama dengan Wiradad kepada tuan Ichiro Nishizawa
dan juga Okada.
Sejak kasus terbunuhnya
Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya menetap--mulai
terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak
menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan
sengaja menyembunyikannya.
Dengan segala
“kecerdikan” ala detektif cilik Lima Sekawan Kuntara berupaya menyelesaikan
kasus ini bersama dengan Wiradad.
5.
Keunggulan
buku
Sangat jarang sekali
novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain dari novel
Mencoba Tidak Menyerahnya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel Ketika Lampu
Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang menarik apabila
membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama seorang anak kecil
karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala
sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa
membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun
menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan
lingkungan sekitarnya pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia
mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan
memunculkan pertanyaan
bagaimana bisa bocah
dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?
Keunggulan lain dari
novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota Surabaya di
tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya segala!
Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah oleh Suparto
Brata. Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang
kala itu masih “berbau”
Hindia Belanda karena
nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda. Juga tentang
bungker-bungker perlindungan yang digunakan untuk bersembunyi kala ada serangan
udara--kebetulan saat itu tengah berkecamuk Perang Dunia II. Tidak ketinggalan
juga tentang
stasiun kereta api
Gubeng yang tersohor itu.
Sebagai arek Suroboyo
yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata jelas tidak
mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah penulis
yang hidup dalam tiga zaman- -kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang dan era
kemerdekaan.
Penggambaran suasana
yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang meski
tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele
6.
Kekurangan
buku
Tidak ada satupun terjemahan untuk
kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti
saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.
7.
Penutup
Novel ini juga
diperkaya dengan adanya kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin menghidupkan
suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Tetapi uniknya, tidak
ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak
mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.
C.
Ciri
Kebahasaan Teks Resensi
Teks
resensi tersebut memiliki kaidah-kaidah kebahasaan seperti berikut.
1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
1. Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu.
Contoh pada teks sebagai berikut.
a.
Dalam novel
Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya adalah bocah laki-laki
berusia sepuluh tahun
berusia sepuluh tahun
b.
Keunggulan
lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota
Surabaya di tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang)
2. Banyak menggunakan konjungsi
temporal: sejak, semenjak, kemudian, akhirnya
Contoh pada teks sebagai berikut.
a. Setelah membaca novel
yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak
Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy
Sylado.
b. Sejak kasus
terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya
menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara
yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi
dengan sengaja menyembunyikannya.
3.
Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab.
Contoh pada teks sebagai berikut.
a.
Adalah hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan
tokoh utama seorang anak kecil karena
ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu
yang terjadi
b.
Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang kala itu
masih “berbau” Hindia Belanda karena
nama-nama jalannya masih menggunakan nama-nama Belanda.
4. Menggunakan pernyataan-pernyataan
yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal ini ditandai
oleh kata jangan, harus, hendaknya,
Contoh pada teks sebagai berikut.
Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang,
seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.
Baca Juga
Pengertian, Jenis, dan Fungsi Teks Resensi/Ulasan
Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Resensi/Ulasan
ASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CERITA CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah, hati hati teman banyak jasa pengurus yang tidak benar contoh'nya saya pernah adakan pengurusan di salah satu web ijasah di google ternyata hasil'nya saya hanya di TIPU, tapi saya'pun tetap bersabar dan alhamdulillah ternyata semua itu ada hikma'nya, dan suatu hari kemudian tak di sangka saya bertemu salah satu anggota keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0853-2174-0123, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya yang hilang mulai dari SD sampai S1 yang kemarin saya jadi korban kebakaran dan alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0853-2174-0123, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsun selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, syarat dan ketentuan cara ngurus ijasah di bawah ini wassalam..... 1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan : – Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja – Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll. – Drop out takut dimarahin ortu – IPK jelek, ingin dibagusin – Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja – Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain – Dll. 2. PRODUK KAMI Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D SARJANA (S1, S2).. Hampir semua perguruan tinggi kami punya data basenya. UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP STIE SUKABUMI YAI ISTN STIE PERBANAS LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA STIMIK UKRIDA UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM UNIVERSITAS SAHID DLL 3. DATA YANG DI BUTUHKAN Persyaratan untuk ijazah : 1. Nama 2. Tempat & tgl lahir 3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com 4. IPK yang di inginkan 5. universitas yang di inginkan 6. Jurusan yang di inginkan 7. Tahun kelulusan yang di inginkan 8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen 9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk 10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI, 11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE 4. Biaya – Biaya • SD = Rp. 1.500.000 • SMP = Rp. 1.500.000 • SMA = Rp. 2.000.000 • D3 = 6.000.000 • S1 = 7.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS) • S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS) • S3 / Doktoral Rp. 24.000.000 (kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan) • D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000 (minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4) • Pindaht jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000
ReplyDeleteSayangnya Gua gk peduli...
DeleteTerlalu panjang coook
DeleteCape
Bagus sekali tapi hanya satu saja yg kurang saya suka yaitu panjang sekali isinya capek lah saya nulis dibuku saya nanti
ReplyDeleteHaha
DeleteGurune y azu
DeleteAssalamu'alaikum, izin share saya kembangkang menjadi audio visual pak. Trima kasih.
ReplyDeleteOk 3 jam ak ngerjainnya
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteterima kasih inspiratif
ReplyDelete