CONTOH RPP TEKS ARTIKEL
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah/Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/6
Pertemuan Ke :
3 dan 4
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (2 X 4 Jam Pelajaran x 45 menit)
Materi Pokok : Teks Artikel
Tujuan pembelajaran
sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi yang terdiri atas
(1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi pengetahuan pengetahuan, dan (4)
kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yakni keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan digunakan sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
KI 1 Memahami,
menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 2 Mengolah, menalar,
menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.10
Mengevaluasi informasi, baik
fakta maupun opini, dalam
sebuah artikel yang dibaca.
4.10
Menyusun opini dalam bentuk
artikel.
|
·
Mengritisi masalah, fakta, opini, dan aspek kebahasaan dalam artikel.
·
Menulis
opini dalam bentuk artikel dengan memerhatikan unsur-unsur artikel.
·
Memresentasikan,
menanggapi, dan merevisi fakta dan opini, unsur kebahasaan, pengung-kapan
opini dan hasil menyusunan opini da-lam bentuk artikel.
|
3.11 Menganalisis kebahasaan artikel
dan/atau buku ilmiah.
4.11 Mengonstruksi sebuah artikel
dengan memerhatikan fakta dan
kebahasaan
|
·
Menemukan
unsur kebahasaan artikel dan/ atau buku ilmiah
·
Menyusun
artikel dan/atau buku ilmiah sesuai dengan fakta
·
Mempresentasikan,
menanggapi, dan mere-visi unsur kebahasaan artikel
yang telah disusun,
|
C. Materi
Pembelajaran
Artikel:
·
Masalah;
·
fakta dan opini;
·
penyusunan opini
·
topik
·
masalah
·
kerangka
·
Persamaan dan perbedaan penggunaan bahasa.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
(Catatan:
kolom bagian kanan bukan bagian RPP tetapi penjelasan prosedur model
pembelajaran Bahasa Indonesia).
Pendahuluan: 2 X 10 menit
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyu-
kuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2.
Peserta
didik merespon pertanyaan
dari guru
berhubungan
dengan pembelajaran sebelunya.
3.
Peserta didik menerima informasi dengan pro-aktif tentang keterkaitan
pembelajaran sebelum-nya dengan pembelajaran yang akan dilaksana-kan.
4.
Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari dan dikuasai
khususnya tentang pembelajaran teks artikel.
|
Membangun Konteks:
Dialog informasi tentang fungsi dan wujud teks artikel dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat pula ditayangkan film dokumenter dunia flora dan
fauna
|
|
Kegiatan Inti: 2 X 150 menit
|
||
1. Peserta
didik membaca 2 atau 3 teks artikel
yang
bertema sama.
2.
Peserta didik
mencermati struktur teks dari 2
atau teks
artikel yang telah dibacanya.
3.
Peserta didik
mencermati ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel.
4.
Peserta didik
mencermati isi pokok dalam 2 atau
teks
artikel
5.
Peserta didik
mengajukan pertanyaan tentang variasi
struktur teks dari 2 atau 3 teks artikel.
6.
Peserta didik
mengajukan pertanyaan tentang ciri kebahasaan yang digunakan dalam 2 atau 3 teks
artikel.
7.
Peserta didik
mengajukan pertanyaan isi pokok dari 2 atau 3 teks artikel.
8.
Peserta didik
mengumpulkan informasi melalui telaah model teks artikel.
9.
Peserta didik
melakukan klasifikasi dan deskripsi hubungan antarkomponen yang ditemukan
berdasarkan telaah model teks
10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks
artikel
11. Peserta didik menyimpulkan ciri kebahasaan
teks artikel.
12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok dari 2
Atau 3 teks artikel.
13. Peserta didik mempresentasikan hasil
pengamatan tentang struktur, ciri bahasa,
dan isi pokok dari 2 atau 3 teks artikel.
|
Menelaah Model Tujuan kegiatan ini agar
peserta didik mendapatkan pengetahuan tentang teks artikel secara mandiri
dengan bimbingan guru.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual, berpasangan, atau
berkelompok. Panduan lembar kerja menelaah model teks sangat dianjurkan untuk
digunakan.
Kesimpulan dibahas secara klasikal dengan panduan guru agar kelas
aktif menarik namun pengaturan waktu efesien
|
|
14.
Peserta didik mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru untuk
mengembangkan kompetensi (seperti latihan kata, kalimat, dan paragraf) yang
sesuai dengan jenis teks artikel.
a. latihan kosa kata teknis, sinonim
b. latihan penulisan unsur serapan
c. latihan pengembangan teks
artikel
d. latihan pengembangan kekohesian
15. Peserta
didik berdiskusi dengan teman sebangku atau berpasangan untuk menentukan
topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan topik dengan peta
pikiran (mindmap) atau jaring
laba-laba (spider-web) atau teknik
lain yang dapat digunakan.
|
Mengonstruksi
Terbimbing: kegiatan ini merupakan aplikasi dari pemahaman tentang teks dan
latihan kebahasaan yang diguna-kan dalam me-nyusun teks artikel. Ini semacam
latihan berlari, menendang bola, membawa bola, mengoper bola, dan lain-lain
sebelum bermain bola sesungguhnya
|
|
16. Peserta didik menentukan
topik teks artikel dengan peta
pikiran (mindmap) atau jaring
laba-laba (spider-web).
17. Peserta didik menyusun kerangka teks artikel.
18. Peserta didik mengumpulkan
informasi yang sesuai dengan topik yang telah dipilih.
19. Peserta didik menyusun teks artikel berdasarkan kerangka yang
telah disusun dengan memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI.
20. Peserta didik mempresentasikan teks artikel
yang telah disusun.
21. Peserta didik menanggapi teks artikel.
22. Peserta didik merevisi teks
artikel berdasarkan masukan
dari teman.
23. Peserta didik memasukkan lembar coretan
kerja dan semua draf hingga draf final ke bendel portofolio masing-masing.
|
Mengonstruksi
Mandiri:
Setelah peserta didik berkegiatan untuk mendapatkan pemahaman dan
berbagai latihan subkompetensi menulis (atau berbicara) diharapkan peserta didik
sudah memiliki kepercayaan diri untuk menyusun teks secara mandiri.
|
|
Penutup: 2 X 20 menit
|
||
1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2.
Peserta
didik melaksanakan penilaian pembe-lajaran yang diberikan pendidik.
3.
Peserta
didik saling
memberikan umpan balik/ refleksi hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
4. Pendidik menutup pembelajaran dengan ucapan salam.
|
Kegiatan penutup merupakan refleksi guru dan peserta didik terhadap
proses dan hasil pembelajaran sebagai upaya peningkatan mutu berkelanjutan
|
B.
Penilaian
KD dan
Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.10
Mengevaluasi informasi,
baik fakta maupun opini,
dalam sebuah artikel yang
dibaca.
3.11 Menganalisis kebahasaan artikel
dan/atau buku ilmiah.
|
·
Mengritisi masalah, fakta, opini, dan aspek kebahasaan dalam artikel.
·
Menemukan
unsur kebahasaan artikel dan/ atau buku ilmiah
|
Penilain
Proses
|
Penilaian
Hasil
|
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak
kegiatan Menelaah Model dan Mengonstruksi terbimbing.
Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut
dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan,
kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan.
|
Jenis : Tulis
Bentuk : Uraian
Contoh instrumen:
1. Tulislah masalah
yang dibahas dalam
teks artikel
yang Anda baca!
2. Jelaskan perbedaan fakta dengan opini
dalam teks artikel!
3. Tuliskan 5
ciri kebahasaan yang
digunakan
dalam teks artikel dan berikan
contoh
masing-masing!
|
KD dan
Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
4.10
Menyusun opini dalam
bentuk artikel.
4.11 Mengonstruksi sebuah artikel
dengan memerhatikan fakta dan
kebahasaan
|
·
Menulis
opini dalam bentuk artikel dengan memerhatikan unsur-unsur artikel.
·
Memresentasikan,
menanggapi, dan merevisi fakta dan opini, unsur kebahasaan, pengungkapan
opini dan hasil menyusunan opini dalam bentuk artikel.
·
Menyusun
artikel dan/atau buku ilmiah sesuai dengan fakta
·
Mempresentasikan,
menanggapi, dan mere-visi unsur kebahasaan artikel
yang telah disusun,
|
Penilain
Proses
|
Penilaian
Hasil
|
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak
kegiatan Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri.
Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut
dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan
tugas (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian, kerapihan,
kebersihan, keseriusan.
|
Jenis : Menulis
Bentuk: Uraian
Contoh Instrumen
Susunlah teks artikel dengan memerhatikan hal di bawah ini!
a. Tentukan topik teks artikel!
b. Buatlah kerangka sesuai dengan
struktur
teks artikel!
c. Kembangkan
kerangka tersebut menjadi
teks artikel dengan memerhatikan
struktur
teks, ciri kebahasaan, dan EBI!
|
Portofolio
Khusus untuk kompetensi
menulis, penilaian meliputi proses dan produk yang tercakup dalam penilaian
portofolio. Dokumen portofolio berisi:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan tentang apa yang akan ditulis
dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Penilaian Sikap
Penilaian
sikap dilakukan selama proses pembelajaran (termasuk informasi dari portofolio)
atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan isian lembar
pengamatan
Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru mata
pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran :
2017/2018
Kelas/Semester :
XII/2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No
|
Waktu
|
Nama
|
Kejadian/ Perilaku
|
Butir sikap
|
Positif/ Negatif
|
Tindak Lanjut
|
1.
|
28
Januari 2018
|
Indri
|
Tidak mengerjakan tugas
menganalisis teks artikel.
|
Tanggung jawab
|
-
|
Dipanggil dan disuruh
mengerjakan tugas kembali dengan waktu terbatas
|
2.
|
28
Januari 2018
|
Sochib
|
Mengerjakan tugas dengan serius,
tepat waktu, dan hasilnya sangat baik
|
Tanggung jawab
|
+
|
Diberi pujian atau apresiasi
|
Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a. Peserta didik menulis masalah dalam teks artikel dengan sangat tepat
|
4
|
b. Peserta
didik menulis masalah dalam teks artikel dengan tepat
|
3
|
|
c. Peserta
didik menulis masalah dalam teks artikel dengan kurang tepat
|
2
|
|
d. Peserta
didik menulis masalah dalam teks artikel dengan tidak tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
2
|
a. Peserta didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan sangat
tepat
|
4
|
b. Peserta
didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan tepat
|
3
|
|
c. Peserta
didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan kurang tepat
|
2
|
|
d. Peserta
didik membedakan fakta dengan opini dalan artikel dengan tidak tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
|
3
|
a. Peserta didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan
dalam teks artikel
dan memberikan contoh masing-masing dengan sangat tepat
|
4
|
|
b. Peserta
didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan
dalam teks artikel dan
memberikan contoh masing-masing dengan tepat
|
3
|
||
c. Peserta
didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel
dan memberikan contoh masing-masing dengan kurang tepat
|
2
|
||
d. Peserta
didik mentukan 5 ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks artikel
dan memberikan contoh masing-masing dengan tidak tepat
|
1
|
||
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b.
Keterampilan
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a. Peserta didik menentukan topik teks artikel sangat sesuai isi teks
|
4
|
b. Peserta didik menentukan topik teks artikel sesuai isi teks
|
3
|
|
c. Peserta didik menentukan topik teks artikel kurang sesuai isi teks
|
2
|
|
d. Peserta didik menentukan topik teks artikel tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
2
|
a.
Peserta didik menyusun kerangka teks artikel sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik
|
4
|
b.
Peserta didik menyusun kerangka teks artikel lengkap dan sesuai dengan topik
|
3
|
|
c.
Peserta didik menyusun kerangka teks artikel kurang lengkap dan kurang dengan topik
|
2
|
|
d.
Peserta didik menyusun kerangka teks artikel tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
3
|
a. Peserta
didik menulis teks artikel sangat sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
4
|
b. Peserta
didik menulis teks artikel sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
3
|
|
c. Peserta
didik menulis teks artikel kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
2
|
|
d. Peserta
didik menulis teks artikel tidak sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
1
|
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soal
Contoh
Nilai = 11
x 100 = 91,66
12
F. Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan,
Sumber)
1.
Penyajian komputer (laptop) dengan program powerpoint.
2.
Bahan ajar otentik teks artikel (hasil penelitian atau
media massa).
3.
Buku teks dan buku ensiklopedia.
4.
Film dokumenter.
5.
Internet.
Mengetahui, …………,
……….
Kepala ……
Guru Mata Pelajaran,
……………. ………………………..
RPP DAN MATERI PEMBELAJARAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN
2017/2018
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XII (SMA/SMK)
1.
TEKS NOVEL
2.
TEKS ARTIKEL
3.
TEKS KRITIK DAN ESAI
KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.co.id/2017/12/rpp-teks-kritik-dan-esai-kelas-xii.html
LAMPIRAN
PEMBELAJARAN TEKS ARTIKEL
Kompetensi Dasar
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
3.10
Mengevaluasi informasi, baik fakta maupun opini, dalam sebuah artikel
yang dibaca
|
4.10
Menyusun opini dalam bentuk artikel
|
3.11
Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah
|
4.11 Mengonstruksi sebuah artikel dengan
memerhatikan fakta dan kebahasaan
|
A. Contoh Teks Artikel
Berikut
contoh artikel
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERAS BACA-TULIS:
ANTARA UPAYA DAN TANTANGAN
(oleh : Nana
Sutisna, M.Pd.)
A. Pengantar
Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan
terutama di kalangan peserta didik? Seberapa pentingkah kemampun literasi
baca-tulis bagi peserta didik?
Pertanyaan lebih jauh, seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan suatu bangsa?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang saling terkait terebut, mari kita simak uraian berikut ini.
Baca-tulis merupakan keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Menyusun
laporan, merangkum bacaan, menyusun hasil praktikum, menjawab soal, hingga
menyusun karya tulis adalah sebagian kegiatan peserta didik yang melibatkan
kemampuan literasi baca-tulis.
Kemampuan literasi baca-tulis peserta didik akan
mencerminkan wawasan pengetahuan yang dimilikinya. Peserta didik yang literat berpotensi
memiliki wawasan pengetahuan yang luas untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik tersebut
relatif lebih mudah menjalani kehidupan, khususnya dalam bidang akademik.
Sebaliknya, siswa yang aliterat akan kesulitan
dalam menjalani kehidupan terutama dalam bidang akademik. Dengan
demikian, kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan di kalangan peserta
didik.
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis
terhadap masa depan bengsa? Pada abad
ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan
keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan
informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri,
kemampuan literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan
di dunia internasional.
B.
Tantangan Penumbuhan Budaya Literasi
Patut disayangkan, kemampuan literasi baca-tulis terutama
dalam memahami bacaan, menunjukkan kompetensi peserta didik Indonesia tergolong
rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini terbukti dari hasil uji
internasional literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan, dan
merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Pengujian ini dilakunkan PIRLS
(Progress in International Reading
Literacy Study) tahun 2011.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia
menduduki peringkat ke - 45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor
rata-rata 500. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for
International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan peserta didik Indonesia berada
pada peringkat ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493. Pada PISA 2012 menunjukkan peserta didik
Indonesia berada pada peringkat ke - 64 dengan skor 396 dari skor rata-rata
496. Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012. (Dirjen Dikdasmen, 2016 : i)
Data di atas cukup mencemaskan kita
semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045,
dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya
rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah
jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan
dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga
2035. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun
mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa.
Mereka inilah kader generasi emas 2045.
Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45
tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila
potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Hal ini
berkaitan dengan kultur lisan lebih dominan daripada baca-tulis dalam lingkungan peserta didik. Peserta didik
lebih tertarik mencari informasi dari menyimak tontonan daripada membaca
tulisan. Di lingkungan sekolah, rendahnya kemampuan literasi baca-tulis peserta
didik karena ketidaktahuan akan manfaat yang diperoleh dari kegiatan
baca-tulis. Efektifitas praktik pelajaran baca-tulis di kelas yang masih kurang
dan terbatasnya kuantitas dan kualitas buku rujukan menyebabkan pempelajaran tersebut kurang berhasil. Selain
itu, apresiasi sekolah terhadap sarana
penyaluran bakat baca-tulis semisal
majalah dinding, buletin, majalah sekolah, koran, buku sastra, dan blog
atau situs sekolah masih tersendat.
C. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Literasi
Baca-Tulis.
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan
literasi baca-tulis di kalangan peserta didik, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya
menyeluruh yang melibatkan guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat. GLS
memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu
kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan
15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan
keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi
baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan
global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Setahun lebih GLS diluncurkan. Gaung
GLS merasuk ke semua tingkatan pendidikan, terutama pendidikan dasar dan
menengah, termasuk ke SMAN 2 Sumedang, tempat penulis mengabdi. Dalam kurun waktu tersebut ketika upaya digulirkan serta-merta tantangan selalu hadir mengikutinya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan di
SMAN 2 Sumedang untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis berpedoman
pada buku panduan GLS berkut ini.
1. Tahap
pembiasaan
Kegiatan pertama yang dilakukan di SMAN
2 Sumedang adalah pembiasaan membaca selama 15 menit setiap hari. Kegiatan yang
dilakukan para guru adalah membacakan
kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya. Ada pula guru yang
menyuruh peserta didik membaca mandiri.
Tujuan kegiatan ini adalah memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa
serta menunjukan bahwa membaca sesuatu
kegiatan yang menyenangkan. Disamping itu, tujuan kegiatan tersebut adalah
untuk memperkaya kosakata, menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik
dan guru, dan mengajarkan strategi membaca.
Kegiatan tahap pembiasaan selanjutnya
adalah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan. Dalam praktiknya, perpustakaan sekolah
menyelenggarakan kegiatan penunjang keterampilan literasi informasi bagi para
peserta didik. Keterampilan ini kemudian diterapkan peserta didik saat mereka
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang mata pelajaran yang
diajarkan melalui tugas meringkas atau membuat sinopsis buku. Tujuan kegiatan
ini adalah memperkenalkan proses
membaca, mengembangkan kemampuan membaca secara efektif dan meningkatkan
kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.
Membaca terpandu dan membaca
mandiri adalah kegiatan berikutnya. Guru
memandu peserta didik membaca dalam kelompok yang lebih kecil. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk aktif meningkatkan pemahaman, menganalisis bacaan, membuat
tanggapan terhadap bacaan dan membuat peserta didik mampu membaca mandiri.
2. Tahap
Pengembangan
Tahap pengembangan adalah berbagai
kegiatan tindak lanjut yang dilakukan
guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan
tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu). Adapun kegiatan
tindak lanjut seperti berikut: menulis komentar singkat terhadap buku, bedah
buku, reading award, dan
mengembangkan iklim literasi sekolah..
c. Tahap Pembelajaran
Dalam tahap pembelajaran ini berbagai
jenis kegiatan pernah dilakukan di SMAN 2 Sumedang termasuk lima belas menit
membaca setiap hari sebelum jam pelajaran. Kegiatan literasi lain dalam
pembelajaran adalah dengan sistem pemberian tagihan akademik kepada peserta
didik. Dalam hal ini, guru pun dituntut melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran. Menggunakan lingkungan fisik,
sosial, afektif, dan akademik disertai
beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar
buku teks pelajaran sangat dtekankan kepada guru-guru untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran. Di samping itu, peserta didik dituntut
menulis biografinya dalam satu kelas sebagai proyek kelas.
D. Tantangan Menumbuhkan Kemampuan
Literasi Baca-Tulis.
Pada tahap pembiasaan, kegiatan membaca selama 15 menit setiap hari
ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi SMAN 2 Sumedang. Meluangkan waktu lima belas menit dalam
pembelajaran tampaknya kelihatan ringan.
Selama lima belas menit guru hanya dituntut membacakan kutipan buku dengan
nyaring dan mendiskusikannya atau
peserta didik membaca mandiri. Pada kenyataanya, masih ada anggapan
beberapa guru di SMAN 2 Sumedang yang tidak mau jam mengajarnya terpotong.
Mereka beralasan selain itu terpotong kegiatan tersebut, jam mengajar mereka terpotong pula oleh waktu
berdoa, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengabsen peserta didik,
dan lain-lain. Meskipun demikian, ada beberapa guru yang sudah melaksanakan
kegiatan tersebut, namun masalah konsistensi dan kesinambungannya tak bisa dijaga.
Membaca buku dengan memanfaatkan peran
perpustakaan, membaca terpandu, dan
membaca mandiri adalah kegiatan
berikutnya dalam tahap pembiasaan. Tantangan dalam kegiatan ini adalah
kuantitas dan kualitas buku di perpustakaan sangat terbatas. Buku-buku
penunjang, seperti buku sastra selalu tidak signifikan dengan jumlah siswa.
Setelah tantangan pada tahap
pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan tahap pengembangan. Tak dapat
dipungkiri, tantangan ini muncul karena
kegiatan ini adalah tindak lanjut
yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan
ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu).
Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian
adalah kegiatan tahap pengembangan yang selalu dihadapkan pada sebuah tantangan. Walaupun jurnal membaca harian dapat dibuat
secara sederhan, singkat, namun konsistensi selalu terkendala. Padahal peserta
didik hanya mengisi sendiri jurnal hariannya dengan menyebutkan judul buku, dan
pengarang.
Bedah buku secara sederhana dapat diartikan
sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan
memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan tahap ini adalah terbatasnya buku-buku
baru yang berkualitas sebagai bahan resensi.
Di samping itu, faktor kejenuhan selalu menghantui peserta didik.
Reading award dan mengembangkan iklim literasi sekolah juga merupakan
tindak lanjut kegiatan 15 menit membaca. Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah
mengutamakan pembenahan lingkungan fisik, dalam tahap pengembangan ini sekolah
dapat mengembangkan lingkungan sosial dan afektif. Tantangan terberat dari
kegiatan-kegiatan ini adalah belum populernya penghargaan prestasi literasi di
kalangan warga sekolah. Prosedur penentuan penerima reading award belum sepenuhnya dipahami oleh pihak-pihak yang
terkait.
Bagaimana dengan tantangan membangun
iklim literasi sekolah? Ini merupakan tantangan yang tersulit. Menyadarkan
seluruh warga untuk melek litersi bukan
perkara mudah. Perlu kerja sama yang serius antara kepala sekolah, guru, tata
usaha, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkan gerakan mulia ini.
Terakhir, yang harus dihadapi dalam
menumbuhkan kemampuan litarasi baca-tulis di kalangan peserta didik adalah
tantangan dalam tahap pembelajaran. Tagihan akademik dan non akademik dari
kegiatan ”lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran”
memerlukan kesiapan dan ketelatenan semua warga sekolah. Selanjutnya, tantangan
pada kegiatan tahap pembelajaran dalam melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata pelajaran selalu dikesampingkan. Akibatnya,
kegiatan ini membosankan peserta didik. Belum lagi penggunakan lingkungan
fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai beragam bacaan (cetak,
visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum
maksimal.
E. Solusi
Kemampuan baca-tulis sebagai kemampuan literasi perlu ditekankan
pada peseta didik mulai sejak dini. Lebih lanjut tingkatan minat baca-tulis
peserta didik sangat menentukan kualitas dalam berwawasannya. Dalam proses
pendidikan, keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh kemampuan membaca dan
menulis.
Keberhasilan dari program literasi baca-tulis yang dilaksanakan
di sekolah bergantung kepada berbagai pihak, seperti kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha,
komite, dan orang tua. Sinergitas semua warga sekolah sangat diperlukan dalam
hal ini. ”Membaca lima belas menit sebelum pelajaran di mulai setiap hari”,
perlu difahami oleh semua warga sekolah bahwa kegiatan ini adalah pondasi bagi
kegiatan literasi yang lainnya. Bagi guru yang merasa jam pelajarannya terpotong,
dengan kesepakatan bersama, solusinya dengan mengeser lebih awal jam masuk
sekolah. Biasanya jam 07.00 WIB bel berbunyi tanda masuk, digeser lebih awal
menjadi jam 06.45 WIB. Jika kegiatan lima belas menit ini berjalan dengan
lancar, tertib, dan berkesinambungan makan tahapan lain dari kegiatan literasi
akan lancar pula.
Keberadaan perpustaakaan yang representatif amat
dibutuhkan dalam upaya penumbuhan kemampuan literasi baca-tulis. Kuantitas dan
kualitas buku rujukan di perpustakaan menjadi sentral dalam kegiatan ini.
Pembangunan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai
beragam bacaan (cetak, visual, auditori,
digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran perlu mendapat
perhatian setiap sekolah.
F. Kesimpulan dan
Harapan
”Lima belas menit begitu menenukan!” Ya, itulah
ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa pentinggya kegiatan ini dalam
meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Mengapa
demikan? Lihat Permendikbud No. 23 tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti kalimat “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar
dimulai” tertuang secara eksplisit. Ini menunjukan bahwa jiwa dari gerakan
litersi sekolah adalah pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai
setiap hari. Adapun kegiatan tahap pengembangan dan pembelajaran adalah tindak
lanjut dari kegiatan ini.
Tampaknya kegiatan membaca 15 menit ini banyak yang
menganggap sepele. Padahal tidak
demikian. Kegiatan membaca 15 menit ini dapat menentukan masa depan bangsa.
Mudah-mudahan program ini dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan
berkesimambungan. Pada akhirnya, harapan hasil uji internasional PISA dan PIRLS peserta didik kita bisa
sejajar dengan negara maju. Rasa pesimistis
dalam menyongsong era genersi emas 2045 dengan berbekal bonus demografi
yang literat akan berubah menjadi optimistis. Bonus demografi tidak akan
menjadi beban pembangunan melainkan
menjadi modal pembangunan di masa depan.
Marilah kita berupaya meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan
selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan kita dan peserta didik untuk membaca.
Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah bagi kita dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam
Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut
ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah
zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
Sumedang, 10 November 2016
B. Pengertian Teks Artikel
Teks di atas yang berjudul Menumbuhkan Kemampuan
Literas Baca-Tulis: antara Upaya dan Tantangan itulah
merupakan teks artkel. Teks tersebut
mengupas pendapat seorang penulis terhadap suatu
data, fakta, atau peristiwa berdasarkan
analisis subjekif penulis. Biasanya artikel diterbitkan oleh media cetak setiap
hari, kecuali hari Minggu. Artikel ini tidak terlalu panjang,
C. Ciri-ciri Teks Artikel
1.
Fungsi Artikel
Jika ditelaah lebih mendalam, teks artikel befungsi memberikan
informasi kepada para pembaca agar mengetahui, memahami, mengkritisi, dan
menilai suatu data, fakta, atau kejadian
yang ditulis berdasarkan pendapat penulis
2.
Struktur
Artikel
Berdasarkan teks artikel
yang telah dibaca di atas, ternyata teks artikel mempunyai struktur pendahuluan teks atau tesis (pernyataan
umum), yakni berupa sorotan
peristiwa yang mengandung suatu persoalan aktual.
Berikut ini contoh bagian struktur pendahuluan:
Lantas
bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bengsa? pada
abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan
tuntutan keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan
menuangkan informasi secara analitis,
kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan literasi baca-tulis
berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia internasional.
Selain struktur pendahuluan, teks artikel pun menpunyai
struktur yang menjadi bagian inti dari teks artikel itu sendiri. Struktur inti artikel sering disebut juga bagian penyampaian
opini-opini atau urutan gagasan. Struktur ini berupa tanggapan-tanggapan penulis
berkenaan dengan peristiwa, kejadian,
atau persoalan aktual. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petikan berikut ini.
Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana
tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan
bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus
demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus
demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata
sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan
berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011
diketahui bahwa jumlah anak usia 0 -
9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta
jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045.
Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45
tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila
potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
Sebagai struktur penutup, teks artikel biasanya berupa kesimpulan,
saran, atau rekomendasi yang berupa pernyataan dalam menyelesaikan persoalan
yang dikemukakan sebelumnya. Berikut ini disajikan pengglan penutup sebuah teks
artikel:
Marilah kita berupaya meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan
selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan kita dan peserta didik untuk membaca.
Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah
bagi kita dalam menuntut ilmu. Filsuf
Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah
ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah
zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!
3. Kaidah-kaidah Kebahasaan
Perhatikan kembali teks artikel yang
telah dibaca tadi. Dapat dilihat bahwa teks tersebut tersusun dari beberapa
paragraph. Paragraf-paragraf tersebut tersusun dari beberapa kalimat,
selanjutnya kalimat-kalimat tersusun dari beberap kata. Dilihat dari susunan
kalimat, ternyata kaidah kebahasaan
kalimat teks artlikel didominasi kalimat
fakta dan opini. Berikut ini contoh kalimat fakta dan opini dalam teks artikel:
a.
Menggunakan kalimat-kalimat fakta
1. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia
rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
2. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035.
3. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia
0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55
juta jiwa.
4. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9
tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45
- 54 tahun.
b.
Menggunakan kalimat-kalimat opini
1. Apabila potensi tersebut tidak dikelola
dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi
emas akan menjadi generasi lemas.
2. Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045,
dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus
demografi kemampuan literasinya rendah.
Teks artikel yang merupakan tulisan
opini sering pula memunculkan kalimat retotis, ungkapan khas pengarang, istilah
asing, konjungsi kausatif, dan konjungsi Penunjuk waktu. Berikut ini ditampilkan contoh
hal tersebut:
c. Adanya penggunaan kalimat retoris
1. Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan terutama di
kalangan peserta didik?
2. Seberapa pentingkah kemampun literasi baca-tulis bagi peserta didik?
3.Pertanyaan lebih jauh, seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi baca-tulis
terhadap masa depan suatu bangsa?
d. Menggunakan istilah khas/kedaerahan
1. Alih-alih
bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan
generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa
peserta didik yang digadang-gadangkan
sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah.
2. Apabila potensi tersebut tidak dikelola
dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi
emas akan menjadi generasi lemas.
e. Tidak menggunakan kata pengganti
personal ( saya, kamu, Anda, dia dan lain-lain)
f. Banyak menggunakan kata-kata populer asing
1. Pengujian ini dilakunkan PIRLS (Progress in International Reading Literacy
Study) tahun
2011.
2. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for
International
Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan peserta
didik Indonesia berada
pada peringkat
ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493
3. Reading
award dan mengembangkan
iklim literasi sekolah juga merupakan
tindak lanjut kegiatan
15 menit membaca.
4. Belum lagi penggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik yang
disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum maksimal
g. konjungsi yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau
hal lainnya
yang menjadi fokus ulasan.
Setelah
tantangan pada tahap pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan
tahap pengembangan.
h. penggunaan konjungsi
kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh sebab itu.
1.Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis
di kalangan peserta didik.
2. Hal ini karena berkaitan dengan kultur lisan lebih dominan daripada
baca-tulis
dalam lingkungan peserta didik.
4.
Prosedur Pembelajaran
1.
Fakta dan
opini sebuah
artikel
Perhatikan
teks berikut!
Data di atas cukup mencemaskan kita
semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat
mempersiapkan generasi emas 2045,
dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya
rendah. Bonus demografi yang dimaksud
adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak
dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara
tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia
0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55
juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045. Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9
tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45
- 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup
kemungkinan genersi emas akan menjadi
generasi lemas.
Kalimat-kalimat dalam teks di atas dapat dikelompokan ke
dalam dua bagian, yaitu kelompok kalimat fakta dan kalimat opini. Berikut ini
disajikan pngelompokaanya sebagai berikut:
Kalimat fakta
|
Kalimat opini
|
Data di
atas cukup mencemaskan kita semua.
|
Bonus
demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata
sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua.
|
Bagaimana
tidak?
|
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan
anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa.
|
Alih-alih
bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan
generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang
digadang-gadangkan sebagai bonus
demografi kemampuan literasinya rendah.
|
.
|
Kondisi
ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035.
|
|
Mereka
inilah kader generasi emas 2045.
|
|
Pada tahun
2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang
berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun.
|
|
Apabila
potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.
|
Berdasarkan pembagian kalmat opini dan
fakta di atas, dapat disimpulkan cici-cici kalimat fakta dan opini sebagai
berikut:
Kalimat fakta
|
Kalimat opini
|
objektif
|
subjektif
|
Sudah
terbukti kebenarannya
|
Belum terbukti
kebenarannya
|
Sudah
terjadi
|
Belum
terjadi
|
Memuat
data yang akurat
|
Memuat
pendapat seseorang
|
2.
Menyusun Opini dalam Artikel
Perhatikan penggalan teks yang rumpang berikut!
Pendahuluan/tesis
(pernyataan umum)
Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis
terhadap masa depan bangsa? ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Pembahasan atau rangkaian opini (
gagasan)
Data di atas cukup mencemaskan kita
semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan
generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya
rendah.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Penutup
Marilah kita berupaya meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis peserta didik.
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Berdasarkan penggalan teks yang rumpang di diatas,
lengkapilah teks tersebut dengan kaliamat-kalimat opini sehinggan tersusun
penggalan teks yang koheren. Dalam melengkapi penggalan teks yang rumpang
tersebut, perhatkan pula hubungan antar paragraph sehingga menjadi kesatuan teks
artikel yang utuh.
(Oleh Nana Sutisna)
Bagus, komplit semua persyaratan RPP ada, kecuali muatan budaya. KTSP sekolah kami terimplementasi dengan budaya lokal.
ReplyDeleteTerima kasih ya, saya suka.
Alhamdulillah, trm kasih juga..
DeleteTerima kasih, semoga bermanfaat.
ReplyDeleteaamiin, terima kasih jg
Deleteterima kasih diberi contoh. semoga menjadi ladang pahala. ameen.
ReplyDeleteaamiin, terima kasih juga doanya
DeleteALHAMDULILLAH MATUR NUWUN PAK ZUHRY MGA BAROKHAH N PJNGN TAMBAH SUKSES
ReplyDeleteAaamin yra.. terima kasih juga. sukses selalu
DeleteTERIMA KASIH PAK ZUHRI... SANGAT BERMANFAAT....
ReplyDeletealhamdulillah, terima kasih juga Ibu Mey
DeleteTerima kasih Pak, sangat membantu semoga berkah
ReplyDeleteAamiin yra, alhamdulillah, teria kasih juga Ibu Sri
DeleteAlhamdulillah ... terimakasih, Pak. Sangat membantu.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih juga iimonline
DeleteAlhamdulillah.... terima kasih banyak atas ilmunya moga dibalas dengan kebaikan yang berlimpah... Aamiiinnn
ReplyDelete