05 October 2017

MENGIDENTIFIKASI KALIMAT BERMAJAS

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA NOMOR 17


Kunci Jawaban: C
Pembahasan

Soal di atas menanyakan majas pada karya sastra. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN 2017/2018 termasuk ke ruang lingkup materi membaca sastra level kognitif pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji adalah mengidentifikasi kalimat  yang bermajas dalam kutipan cerpen dengan tepat.
Kalimat bermajas pada kutipan tersebut terdapat pada kalimat bernomor (3) Paling tidak aku menampakkan batang hidungku di sana. Jenis majas pada kalimat tersebut adalah sinekdoke pars pro toto. Majas sinekdoke pars pro toto adalah majas yang menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, 
RINGKASAN MATERI
Majas atau gaya Bahasa adalah cara pengarang atau seseorang dalam mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya. Menurut Henry Guntur Tarigan, majas dapat dibagi empat jenis yaitu, majas perbandingan,  majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan
Beberapa contoh majas dapat dilihat pada tabel berikut.

NO
Jenis Majas
Definisi/Ciri
Contoh
1.       
Personifikasi
perbandingan yang melukiskan benda mati seolah-olah hidup

Banjir bandang telah menelan korban manusia.

2.       
Metafora
perbandingan yang implisit tanpa kata pembanding.

Kapan Anda bertemu dengan kembang desa itu?

3.       
Hiperbola
majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan

Suaranya menggelegar membelah angkasa.

4.       
ironi
majas yang menyatakan makna yang bertentangan atau sebaliknya dengan maksud menyindir
Pagi benar engkau datang, baru pukul delapan

5.       
Pleonasme
majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi /mubadzir.
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.

6.       
Repetisi
majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
7.       
Antitesis
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan meng- gunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukan-lah suatu ukuran nilai seorang wanita.
8.       
Paradoks
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah ber tentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Hidupnya mewah, tetapi tidak bahagia.

9.       
Perumpamaan
perbandingan dua hal dengan menggunakan kata-kata perbandingan (bagaikan, seperti, dsb.)
Gadis itu sangat cantik bagaikan bidadari

10.   
Litotes
majas yang menyatakan berlawanan, memperkecil, atau memperhalus keadaan.
Terimalah pemberian yang tidak berharga ini.

11.   
Metonimia
majas yang memakai nama ciri atau hal yang ditautkan dengan
orang, barang sesuai penggantinya
Dia ke Jakarta naik Garuda

12.   
Sinekdok  Pars pro toto
penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan
Saya tidak melihat batang hidungnya
13.   
Sinekdok Totem Pro parte
penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Indonesia meraih medali emas dalam pertandingan itu.
14.   
Alusio
majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa dengan menggunakan peribahasa
Menggantung asap saja kerjamu sejak tadi. (membual, omong kosong)
15.   
Eufeumisme
majas yang halus sebagai pengganti ungkapan

Pemerintah mengadakan penyesuaian harga BBM, (menaikkan)
Pengklasifikasian Majas
Berdasarkan penggolongannya, macam macam majas atau gaya bahasa kiasan terbagi menjadi empat kategori diantaranya, majas perbandingan; majas pertentangan; majas sindiran; dan majas penegasan. Keempat kategori majas tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa majas turunan yang akan dijelaskan pada ulasan berikut ini.
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas (gaya bahasa) yang menyatakan perbandingan. Proses pembanding tersebut diungkapkan dengan cara yang berbeda, bergantung pada pengguna bahasa (penutur).
Macam macam majas perbandingan, diantaranya :
1.1. Majas Asosiasi (perumpamaan)
Majas perumpamaan diungkapkan dengan maksud mengadakan perbandingan terhadap dua hal yang secara mutlak berbeda, namun dianggap sama. Penggunaan majas ini biasa ditandai dengan kata bagai; bak; seperti; seumpama; laksana.
Contoh Majas Asosiasi :

  • Wataknya keras seperti batu
  • Pendiriannya kuat bagaikan batu karang
  • Menggapai mimpinya itu, bagai punuk rindukan bulan
  • Wajah si kembar Lina-Lani memang seperti pinang dibelah dua
  • Mukanya putih bersih seperti susu
1.2. Majas Metafora
Majas metafora adalah gaya bahasa yang memberikan ungkapan perbandingan analogis. Penggunaan majas metafora ditandai dengan pemakaian kata yang bukan makna sebenarnya seperti kata tangan kanan; kembang desa; bintang kelas.
Contoh Majas Metafora :

  • Beberapa pekerjaan sudah diselesaikan dengan baik oleh tangan kanan Pak Bobi.
  • Winda memang kembang desa di kampung ini, wajar banyak pemuda yang ingin memperistrinya.
  • Prestasi Ardi yang selalu menjadi bintang kelas semakin membuat bangga ibunya.
  • Singa memang kuat, sehingga pantas kalau ia dijuluki raja hutan
  • Wajar saja semua warga dijadikan kaki tangan Pak Bowo, mereka mudah sekali meminta bantuan pada orang terkaya itu
1.3. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang memunculkan karakteristik manusia kepada benda mati, sehingga benda mati tersebut seolah memiliki nyawa layaknya manusia.
Beberapa kata yang termasuk majas personifikasi diantaranya, angin berbisik; pena menari; langit menangis.

  • Angin yang berbisik seolah menyampaikan pesanmu untukku Ayah.
  • Dengan lihainya penulis itu berimajinasi dengan pena yang menari-nari diatas kertas.
  • Langit ikut menangis dengan beberapa bencana yang melanda Indonesia beberapa waktu ini.
  • Ombak berlarian semakin menambah eksotisnya pantai Lovina
  • Pikirannya pasti melayang kemana-mana karena banyak masalah beberapa waktu belakangan
1.4. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas perbandingan yang berkaitan satu dengan yang lain. Majas alegori lebih sering ditemukan pada beberapa paragraf dalam karya sastra seperti cerita pendek atau novel. Penggunaan majas alegori ditandai dengan pengungkapan dalam cerita yang penuh simbol bermuatan moral.
Contoh Majas Alegori :

  • Merawat seorang anak itu ibarat memelihara sebuah pohon. Ketika menyiraminya dengan pupuk yang baik, maka pertumbuhannya juga akan baik, sehingga berbuah manis.
  • Seorang guru adalah Nahkoda bagi murid-muridnya. Ketika sang nahkoda tepat jalur, maka kemudi pun akan tenang-tenang saja
  • Menjaga nama baik ibaratnya merawat kertas putih, sedikit saja ada titik disana pasti kentara
  • Memang cantik rupa si Aisyah, bagaikan mawar pesonanya menyihir kumbang-kumbang lelaki di sekitarnya
  • Ibarat alat dapur, perlakukan otak seperti pisau. semakin sering diasah ia akan semakin tajam
1.5. Majas Simbolik
Majas simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan benda yang lain, perbandingan hewan atau dengan tumbuhan.
Contoh Majas Simbolik :

  • Sebab seringnya Ia berhutang pada lintah darat, alhasil tahun ini dipastikan tokonya bangkrut.
  • Rumah mewah di ujung jalan Surapati semalam ludes dilalap si jago merah.
  • Sebutan buaya darat yang menempel pada Andi membuatnya susah mendekati hati perempuan idamannya
  • Semakin kaya saja pengusaha bangunan itu, seluruh pegawainya berotot kuda besi
  • tingkah lakunya seperti bunglon saja, tidak pernah punya pendirian
1.6. Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang menggunakan label sebuah merk dagang untuk menggantikan benda tersebut dalam kalimat.
Contoh  Majas Metonimia :

  • Kakek tua yang berpenyakit asma itu masih saja menghisap Djarum (rokok).
  • Biasanya Ayah membawa Aqua sebagai bekal saat olahraga pagi.
  • Bibi terbang dengan Garuda ke Surabaya
  • Kapal Api memang nikmat jika diseduh sore-sore begini
  • Setiap menonton televisi tidak lupa ia siapkan Dua Kelinci favoritnya.
 1.7. Majas Sinekdoke
Majas sinekdok adalah majas yang menyebut sebagian untuk menggantikan keseluruhan, atau sebaliknya. Majas sinekdoke terdiri dari dua kategori yaitu majas pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan dan majas totem pro parte, yaitu majas yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh Majas Sinekdoke :

  • Tiket masuk konser band luar negeri itu dijual Rp 200.000. per kepala.
  • Batang hidung pengacara gadungan itu belum juga terlihat di ruang sidang.
  • Kabarnya setiap ibu hamil untuk tahun ini mendapat bantuan dana Rp 1.200.000 per orang.
  • Harga ikan tuna dipasaran semakin melonjak saja, kemarin sudah mencapai Rp 100.000 per ekornya.
Contoh penggunaan Totem pro parte dalam kalimat :

  • Para personil POLRI sudah siaga menjaga demonstran yang hendak berunjuk rasa pagi ini.
  • Anggota Darmawanita kota Buleleng sedang menyiapkan lomba memasak untuk memeringati hari Ibu.
  • Skuad Jerman berhasil dikalahkan oleh Portugal pada pertandingan semifinal semalam.
  • Kampung kami menjuarai lomba panjat pinang se kelurahan.
1.8. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang menggunakan kata depan dan penghubung untuk menerangkan perbandingan eksplisit.
Contoh Majas Simile :

  • Mentalnya tangguh seperti baja, membuatnya semakin idealis.
  • Seperti belut saja kelakuannya, gesit kemana-mana.
  • Kedekatan mereka seperti sepasang kekasih yang tengah berbahagia.
  • Kehadiran sosok Ibu dalam sebuah keluarga seperti cahaya bulan yang menerangi gelapnya malam.
  • Dua kakak beradik itu seperti air dan minyak, bertengkar saja kerjanya.
2. Majas Pertentangan
Gaya bahasa sindiran adalah penggunaan majas sebagai ungkapan untuk menyatakan suatu hal yang bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya.
Majas pertentangan dikategorikan menjadi beberapa jenis, diantaranya majas antithesis; majas paradoks; majas hiperbola; dan majas litotes. Pada ulasan berikut ini akan dijelaskan mengenai keempat kategori majas pertentangan tersebut.
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata yang berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.
Contoh Majas Antitesis :

  • Tua atau muda boleh ikut meramaikan gerak jalan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
  • Bagi wakil Indonesia di ajang sea games, menang atau kalah bukan suatu masalah karena yang utama adalah pengalaman.
  • Baik buruk seseorang itu tidak bisa kita nilai dari penampilan saja.
  • Cantik atau jelek rupa seorang wanita bisa terlihat dari cara ia menggunakan hatinya.
  • Lapang atau sempitnya rezeki itu bergantung pada usaha kita dalam bekerja.
2.2. Majas Paradoks
Paradoks adalah jenis majas yang mengungkapkan pernyataan mengenai dua hal yang seolah bertentangan, tetapi kadang juga ada benarnya.
Contoh Majas Paradoks :

  • Bisa saja tempat yang berbahaya adalah tempat yang paling aman.
  • Dia hanya bisa tersenyum, meski hatinya menangis saat kehilangan sahabatnya.
  • Meski dalam keramaian kota, masih saja dirinya merasa sendiri usai kehilangan anak semata wayangnya.
  • Tanpa kehadiran buah hati jelas saja rumah tangga akan terasa sepi meski tengah merayakan kebahagiaan dengan meriah.
2.3. Majas Hiperbola
Majas hiperbola termasuk majas yang sering digunakan oleh beberapa pengguna bahasa untuk mengungkapkan pertentangan. Majas hiperbola ditandai dengan pernyataan berlebihan dan melampaui kenyataan yang ada.
Contoh Majas Hiperbola :

  • Air matanya mengalir deras saat beradu pandang dengan Ayah kandung yang telah sepuluh tahun meninggalkannya.
  • Hatinya pasti seprti disayat sembilu saat mendengar hinaan itu.
  • Suaranya begitu menggelegar saat menjadi personil upacara minggu lalu.
  • Usianya yang sudah renta membuat kesehatan kakek menurun, kini tubuhnya tinggal kulit dan tulang saja.
  • Mendengar kabar penipuan itu, Ayahnya mengamuk dan membakar kemarahannya pada seisi rumah.
2.4. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan cara merendahkan diri dari kenyataan yang sesungguhnya. Hal tersebut dikarenakan menghormati lawan tutur.
Contoh Majas Litotes :

  • Beruntung sekali Pak Bupati sudi mampir ke gubug saya.
  • Saya hanya orang desa, wajar bila merasa bangga bisa bersekolah di kota.
  • Hanya air yang bisa kami suguhkan kepada kalian.
  • Janganlah Anda bertanya pada orang bodoh seperti kami.
2.5. Majas Anakronisme
Anakronisme adalah majas pertentangan yang ditandai dengan munculnya ketidaksesuaian antara kejadian dengan masa kejadian tersebut.
Contoh Majas Anakronisme :

  • Kalau saja prajurit perang kerajaan Majapahit memakai pistol saat berperang, mungkin sejarah akan lain sekarang.
  • Mungkin saja perang Baratayudha tak berakhir demikian jika saja saat itu GPS sudah bisa digunakan.
2.6. Majas Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang masing- masing bagian kalimatnya mengungkapkan hal bertentangan.
Contoh Majas Oksimoron :

  • Harta bisa membuat bahagia, tapi harta juga bisa membawa penderitaan.
  • Ilmu akan membuatmu pandai, tapi bisa saja ilmu membodohkanmu jika salah dalam mengaplikasikannya.
3. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah adalah gaya bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa dengan maksud menyindir lawan tutur atau pihak ketiga.
Beberapa yang termasuk dalam kategori macam macam majas sindiran adalah: majas ironi; majas sinisme; dan sarkasme.
3.1. Majas Ironi
Majas Ironi ditandai dengan munculnya ungkapan sindiran oleh penutur yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya.
Contoh Majas Ironi :

  • Rajin sekali kamu, siang bolong begini baru bangun tidur.
  • Cantik sekali gaya rambutmu, sampai aku enggan menirunya.
  • Sungguh enak makanan ini, sampai anakku tidak habis memakannya.
  • Bagusnya kostum yang kau kenakan, pasti harganya murah.
3.2. Majas Sinisme
Majas sinisme adalah majas yang dipakai dengan maksud menyindir secara tidak langsung. Sinisme diungkapkan menggunakan kosakata yang kurang santun. (baca : pengertian majas sinisme)
Contoh Majas Sinisme :

  • Perilakumu tidak mencerminkan pendidikanmu yang sudah sarjana.
  • Tidak bisa ya menulis lebih baik lagi, tulisanmu seperti orang yang baru bisa menggunakan pensil.
3.3. Majas Sarkasme
Sarkasme adalah majas sindiran paling kasar. Penggunaan majas ini seringkali dimaksudkan untuk sengaja menyakiti lawan tutur.
Contoh Majas Sarkasme :

  • Gajah bengkak tidak seharusnya ada disini !
  • Buang saja foto lamamu itu, muak aku melihatnya!
4. Majas Penegasan
Disebut majas penegasan, maka fungsi utamanya adalah menegaskan kepada lawan tutur atas sesuatu hal. Majas penegasan bermaksud memunculkan kesan idealis dan terkadang bersifat provokatif kepada pendengarnya.
Beberapa majas yang tergolong dalam macam macam majas penegasan antara lain, pleonasme; repetisi; paralelisme; tautologi; klimaks; antiklimaks; dan retorik.

4.1. Majas Pleonasme
Pleonasme adalah majas penegasan yang ditandai dengan pengunaan kata denotasi (sudah jelas maknanya), namun dipertegas lagi pada kalimat berikutnya.
Contoh Majas Pleonasme :

  • Ayo Ardi, giliranmu maju ke depan untuk baca puisi ini.
  • Andai saja dia berani masuk ke dalam ruangan Kepala Sekolah, pastilah hukumannya bisa jadi ringan.
4.2. Majas Repetisi
Majas repetisi adalah majas yang menggunakan kata berulang pada satu kalimat. Pengulangan bisa pada kata, frasa, maupun klausa. Hal tersebut disebabkan majas repetisi bermaksud untuk memberikan penekanan.
Contoh Majas Repetisi :

  • Sekarang, saat ini, detik ini juga aku harus mulai berubah menjadi dewasa.
  • Bung Karno adalah contoh, Bung Karno adalah panutan, Bung Karno adalah suri tauladan kita semua.
Paralelisme adalah majas perulangan dalam satu kalimat dan tersusun dalam baris kata yang berbeda. Majas paralelisme biasa ditemukan dalam karya sastra puisi.
Contoh Majas Paralelisme :

  • Senja ini begitu manis
    Senja ini begitu indah
    Senja ini sangat berkesan
  • Wajahnya tampan
    Wajahnya memang menawan
    Wajahnya begitu rupawan
4.4. Majas Tautologi
Tautologi adalah majas penegasan yang ditandai dengan adanya pengulangan sinonim.
Contoh Majas tautologi :

  • Harusnya kau bisa kuat dan tegar menghadapi setiap masalah.
  • Ubah pemikiranmu, tidak semestinya hatimu kau biarkan dingin apalagi sampai beku.
4.5. Majas Klimaks
Majas klimaks adalah majas yang mengungkapkan hal secara berturut-turut dan semakin lama semakin meningkat.
Contoh Majas Klimaks :

  • Dari kecil hingga dewasa, hobinya memancing masih saja dipertahankan.
  • Dosen, Kajur, bahkan Dekan seharusnya mampu mengatasi masalah intern perselisihan antar mahasiswanya.
4.6. Majas Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang berkebalikan dari majas klimaks. Antiklimaks ditandai dengan munculnya kata yang berturut- turut semakin menurun.
Contoh Majas antiklimaks :

  • Kalau saja Camat, Lurah, bahkan RT mampu bersosialisasi dengan baik, pasti acara pentas seni di wilayah kita bisa berjalan lancar.
  • Jangan hanya bicara Negara, seharusnya dari propinsi, kota, hingga kampong adalah tanggung jawab seluruh warga.
4.7. Majas Retorik
Majas retorik adalah majas yang penggunaannya dapat dilihat pada kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh Majas Retorik :

  • Haruskah Ibu mengajarkan materi SD pada kalian semua yang sudah jadi mahasiswa ?
4.8. Majas Elipsis
Majas ellipsis adalah majas majas yang menghilangkan unsur dalam kalimat
Contoh Majas Elipsis :

  • Ibu ke pasar (predikat “belanja” dihilangkan)
  • Ayah ke kantor (predikat “pergi” dihilangkan )
4.9. Majas Koreksio
Majas koreksio adalah majas yang diungkapkan penutur untuk menarik perhatian dengan menyanggah kalimat sebelumnya dan memunculkan kalimat baru sebagai pembenaran.
Contoh Majas Koreksio :

  • Sebenarnya sudah hampir enam tahun, maaf, sepertinya lebih dari enam tahun keluarga kami menumpang di tanah milik negara ini.
4.10. Majas Inversi
Majas Inversi adalah majas yang didalamnya terdapat pergantian susunan kata pada kalimat.
Contoh Majas Inversi :

  • Ayah saya pengacara, pengacara Ayah saya.
  • Ibu saya guru matematika, guru matematika Ibu saya.
  • Dia seorang Dokter, seorang dokter dia.
  • Hidupnya kini menderita, menderita kini hidupnya.
4.11. Majas Interupsi
Majas Interupsi adalah majas yang ditandai dengan munculnya keterangan tambahan pada masing-masing unsur kalimat.
Contoh Majas Interupsi :

  • Wanita yang tadi kemari, memakai jaket merah serta tas punggung berisi banyak peralatan rias itu ternyata adalah seorang dokter. Tidak disangka memang, penampilannya seperti remaja masa kini.(Sumber https://dosenbahasa.com/macam-macam-majas)
PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA NOMOR 1-50
1.       Menentukan kalimat utama
2.      Menentukan makna istilah
3.      Menentukan kalimat tidak padu dalam paragraf
4.      Menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan
5.      Menentukan kalimat fakta dalam paragraf
6.      Menentukan ide pokok paragraf
7.      Menentukan tujuan penulis sesuai isi teks
8.      Menentukan kalimat yang menggunakan kata tidak baku
9.      Menentukan keteladanan tokoh dalam biografi
10.  Menjawab pertanyaan sesuai isi biografi
11.  Menentukan opini redaksi pada tajuk rencana
12.  Menentukan pihak yang dituju pada redaksi
13.  Menentukan kata rujukan
14.  Menentukan perbedaan isi dua teks (laporan hasil observasi)
15.  Menentukan inti kalimat
16.  Menentukan makna lambang
17.  Menentukan kalimat bermajas
18.  Menentukan cara pendeskripsian watak tokoh
19.  Menentukan kalimat yang menyatakan latar tempat
20.  Menentukan konflik cerita
21.  Menentukan kalimat yang menunjukkan watak tokoh
22.  Menentukan nilai budaya dalam cerpen
23.  Menentukan amanat cerpen
24.  Menentukan kesamaan unsur intrinsik dua kutipan cerpen
25.  Menentukan kaitan isi cerpen dengan kehidupan saat ini

26.  Menentukan maksud isi gurindam
27.  Menilai keunggulan dan kelemahan buku
28.  Menyusun ringkasan teks
29.  Mengurutkan kalimat acak
30.  Menentukan kalimat argumen
31.  Menyusun kalimat simpulan paragraf
32.  Menentukan peribahasa yang tepat sesuai ilustrasi
33.  Menentukan ungkapan yang tepat sesuai ilustrasi
34.  Melengkapi teks deskripsi
35.  Melengkapi teks argumentasi
36.  Melengkapi larik pantun
37.  Melengkapi teks prosedur
38.  Menyusun teks esai
39.  Menggunakan konjungsi temporal
40.  Menggunakan kata berimbuhan
41.  Menggunakan kata ulang
42.  Melengkapi paragraf dengan kalimat simpulan
43.  Menggunakan frasa adjektiva
44.  Memperbaiki kalimat tidak efektif
45.  Menentukan alasan penyebab ketidakbakuan kata
46.  Memperbaiki kata tidak baku menjadi kata baku
47.  Memperbaiki penulisan kata serapan yang tidak tepat
48.  Mengidentifikasi penulisan judul yang benar
49.  Menggunakan tanda baca dengan tepat
50.  Menentukan alasan kesalahan pemakaian tanda baca


4 comments: