RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah :
SMA ……………
Mata Pelajaran :
Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok :
Cerita Rakyat (Hikayat) dan Puisi
Alokasi Waktu : 4 X 45 ( 2 pertemuan)
A.
Kompetensi
Inti (KI)
KI-1
(Sikap Religius) dan KI-2 (Sikap Sosial)
|
|
Memiliki sikap
jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi
permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang
Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
|
|
KI-3
(Pengetahuan)
|
KI-4
(Keterampilan_
|
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
|
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
|
B.
Tujuan
Pembelajaran
Dengan
penerapan model pembelajara discovery
learning (pembelajaran penemuan) siswa dapat mengidentifikasi
karakterisrtik bahasa, membandingkan
bahasa, nilai-nilai, dan alur hikayat serta menceritakan kembali isi hikayat ke
dalam bentuk cerpen secara mandiri dan jujur.
C.
Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK)
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.8
Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan
cerita rakyat dan cerpen
|
3.8.1
Mengidentifikasi karakteristik bahasa
hikayat.
3.8.2
Membandingkan
bahasa dalam kehidupan
dengan bahasa cerpen
3.8.3
Membandingkan
nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
|
4.8 Mengembangkan
cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan
nilai-nilai.
|
4.8.1
Membandingkan alur cerita dalam hikayat
dan cerpen.
4.8.2
Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam
bentuk cerpen.
|
D.
Materi Pembelajaran
1. Faktual : 1. Contoh
hikayat Bayan Budiman
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk.
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
2. Contoh Hikayat Indera Bangsawan
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk
Penerbit : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
3. Contoh Hikayat Si Miskin
4. Cerpen Tukang Pijat Keliling
Judul Buku : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Pengarang : Suherli, dkk.
Penerbit
: Puskurbuk, Balitbang,
Kemdikbud
2.
Konseptual : 1. karakteristik
bahasa hikayat
2.
perbandingan bahasa dalam kehidupan
dengan bahasa cerpen
3. nilai-nilai dalam teks hikayat
4. nilai-nilai dalam cerpen
3.
Prosedural : Langkah-langkah menceritakan
kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
1.
Membandingkan
alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
2.
Menceritakan
kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
4.
Metakognitif : Menyimpulkan relevansi isi hikayat dan cerpen terhadap kehidupan
sehari-hari.
E.
Pendekatan/ Metode/ Model
1. Pendekatan : Saintific Learning
2. Metode : Diskusi
3.
Model : Discovery Learning
F.
Media/ Alat dan Bahan
1.
Media/
Alat : Laptop, LCD Projektor
2. Bahan : Teks hikayat dan cerpen
G.
Sumber Belajar
1. Buku
Teks Kurikulum 2013 (Pusat Perbukuan Nasional)
2.
Internet : ttps://indotim.wordpress.com/ceritarakyat-2nusantara/hikayat-simiskin
H.
Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan ke-1
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik bahasa
hikayat.
3.8.2 Membandingkan bahasa dalam kehidupan
dengan bahasa cerpen.
3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam teks
hikayat dan dalam cerpen.
TAHAP PEMBELAJARAN
|
LANGKAH-LANGKAH
|
WAKTU
|
Membangun Konteks
|
Pendahuluan
1.
Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri
anugerah Tuhan dan saling mendoakan. (PPK)
2.
Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang materi
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
3.
Peserta didik proaktif menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4.
Peserta didik menerima informasi tentang tujuan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan manfaat menguasai materi pembelajaran.
5.
Peserta didik diminta
membentuk kelompok beranggotakan lima orang.
|
10’
|
Inti
Pemodelan
Mengonstruksi
Bersama
|
Stimulasi
6.
Peserta didik menyimak video Hikayat Puteri Kemuning.
(LITERASI)
7.
Peserta didik bertanya jawab tentang isi, karakteristik,
dan nilai-nilai pada hikayat Puteri Kemuning.
|
10’
|
Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
8.
Peserta
didik membaca hikayat berjudul “Bayan Budiman” dan cerpen berjudul “Tukang
Pijat Keliling” dengan cermat.
9.
Peserta
didik mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat mencakup konjungsi dan
kata-kata arkais.
|
10’
|
|
Data
collection (Pengumpulan Data)
10.
Peserta didik melakukan tanya jawab
dengan guru dan teman mengenai karakteristik
bahasa hikayat, perbandingan
bahasa dan nilai hikayat dengan cerpen.
11.
Peserta didik mencari referensi dari berbagai sumber untuk
meningkatkan pemahaman tentang karakteristik bahasa hikayat, perbandingan bahasa dan nilai hikayat
dengan cerpen..
|
10’
|
|
Data
Processing (Pengolahan Data)
12.
Peserta
didik membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen mencakup
pengunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian, serta
penggunaan majas (gaya bahasa) (HOTS)
13.
Peserta
didik membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
|
20
|
|
Verification (Pembuktian)
14.
Peserta
didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. (4C)
15.
Peserta
didik lain memberikan tanggapan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan
teman.
|
20’
|
|
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
16.
Peserta
didik menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran mengenai karakteristik
hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen.
|
|
|
Mengonstruksi mandiri
|
17. Peserta
didik melakukan konfirmasi dengan guru tentang karakteristik
hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen.
18. Peserta didik menyampaikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
19. Peserta didik menerima penugasan
terstruktur: (HOTS)
Peserta didik diminta
membaca hikayat Indra Bangsawan untuk kemudian diidentifikasi karakteristik
bahasa, perbandingan bahasa hikayat dengan cerpen, dan perbandingan
nilai-nilai dalam hikayat dengan cerpen!
|
10’
|
2. Pertemuan ke-2
4.8.1 Membandingkan alur cerita dalam hikayat
dan cerpen.
4.8.2 Menceritakan kembali isi hikayat ke
dalam bentuk cerpen.
TAHAP PEMBELAJARAN
|
LANGKAH-LANGKAH
|
WAKTU
|
Membangun Konteks
|
Pendahuluan
1.
Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri
anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2.
Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang materi
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
3.
Peserta didik proaktif menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4.
Peserta didik menerima informasi tentang tujuan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan manfaat menguasai materi pembelajaran.
5.
Peserta didik diminta
bergabung kembali dengan kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan
sebelumnya.
|
10’
|
Inti
Pemodelan
Mengonstruksi
Bersama
|
Stimulasi
6.
Peserta didik membaca hikayat berjudul “Hikayat Si Miskin”
7.
Peserta didik mengidnetifikasi alur hikayat tersebut.
|
10’
|
Kegiatan Inti
Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
8.
Peserta
didik membandingkan alur hikayat dengan cerpen
|
10’
|
|
Data
collection (Pengumpulan Data)
9.
Peserta didik mencari referensi dari berbagai sumber untuk
meningkatkan pemahaman tentang penggunaan alur pada hikayat dan cerpen.
10.
Peserta didik melakukan tanya jawab
dengan guru dan teman tentang
cara menceritakan kembali isi hikayat
ke dalam bentuk cerpen.
|
10’
|
|
Data
Processing (Pengolahan Data)
11.
Peserta
didik menceritakan
kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan mengubah alur, bahasa, dan gaya bahasa pada
hikayat dengan tetap mempertahankan
isi dan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.
|
30
|
|
Verification (Pembuktian)
12.
Peserta
didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas.
13.
Peserta
didik lain memberikan tanggapan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan
teman.
|
20’
|
|
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
14.
Peserta
didik menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai penceritaan kembali isi
hikayat ke dalam bentuk cerpen.
|
|
|
Mengonstruksi mandiri
|
15. Peserta
didik melakukan konfirmasi dengan guru tentang penceritaan
kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
16. Peserta didik menyampaikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
17. Peserta didik menerima penugasan
tidak terstruktur:
Peserta didik diminta mencari sebuah hikayat dari
berbagai sumber kemudian mengubah isi hikayat tersebut menjadi cerpen dengan
tetap memperhatikan isi dan nilai-nilai dalam hikayat tersebut.
|
10’
|
I.
Penilaian
- Penilaian Sikap
a.
Teknik penilaian : Observasi : sikap religiius
dan sikap sosial
b.
Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c.
Instrumen penilaian : jurnal (terlampir)
2.
Pengetahuan
Jenis/Teknik tes : tertulis
Bentuk tes : uraian
a. Tertulis
b. Penugasan
c. Instrumen Penilaian (terlampir)
- Keterampilan
a. Teknik/Bentuk
Penilaian : Praktik
b. Bentuk : Produk
cerpen
c. Instrumen
Penilaian : (terlampir)
Mengetahui,
…………………………..
Kepala
Sekolah Guru Mapel,
……………………..
……………………………..
Lampiran 1
Materi
Pembelajaran
1. Faktual
CONTOH HIKAYAT
Hikayat
Bayan Budiman
Judul : Buku
Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Penulis : Suherli, dkk.
Penulis : Suherli, dkk.
Penerbit :
Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
HIKAYAT BAYAN BUDIMAN
Sebermula
ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat
kaya, akan tetapi
ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka
saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang diberi
nama Khojan Maimun Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun,
maka di serahkan oleh bapaknya
mengaji kepada banyak guru sehingga
sampai umur Khojan Maimun lima
belas tahun.
Ia
dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi
Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor
burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung
betina, lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Pada
suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah
dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika
ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,
hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari
pada senjata. Hatta beberapa lama di
tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab
yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan
tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak
menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar
aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung
itu dari sangkarnya
dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura tidur.
Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab
pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti
tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka
ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan
anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun
pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan
sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala
manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan
hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya
oleh tuannya seorang istri saudagar.”
Maka
berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka
Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat
memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin
mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah
ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut
bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan
menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung
Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya
itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan
cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam
pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun
pulang dari pelayarannya.
Bayan
yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat
isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama
baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu
ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu
bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai
yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang
seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari
mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka
tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar itupun
menangkap dan menangkap anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Cerpen Tukang Pijat Keiling
Judul : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X
Penulis : Suherli, dkk.
Penulis : Suherli, dkk.
Penerbit :
Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
Tahun Terbit : 2016
Tebal Halaman : 366 hlm
TUKANG PIJAT KELILING
oleh Sulung Pamangguh
Sebenarnya
tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian
Darko dalam memijat.
Standar tukang pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang
mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya
yang membuat kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh sebab itu kami terus
membicarakannya Entah darimana asalnya,
tiada seorang warga pun
yang tahu. Tiba-tiba
saja datang ke
kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap dia adalah
pengemis yang diutus kitab suci. Dia
bertubuh jangkung tetapi
terkesan membungkuk, barangkali
karena usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa
mengenakan kacamata, membuat matanya yang hampa terlihat lebih suram, dia menawarkan
pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam,
hanya selapis putih yang terlihat.
Kami
pun penasaran ingin merasakan pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di
kampung kami, apalagi yang keliling. Biasanya kami saling pijat memijat dengan
istri di rumah masing-masing, itu pun hanya sekadarnya. Kami harus menuju ke
dukun pijat di kampung sebelah bila ingin merasakan pijatan yang
sungguh-sungguh atau mengurut tangan kaki kami yang terkilir.
Hampir
kebanyakan warga di kampung kami ini adalah buruh tani. Hanya beberapa orang
yang memiliki sawah, dapat dihitung dengan ingatan. Setiap hari kami harus
menumpahkan tenaga di ladang. Dapat dibayangkan keletihan kami bila malam
menjelang. Tentulah kehadiran Darko membuat kampung kami lebih menggeliat,
makin bergairah.
Setiap
malam, dengan membawa minyak urut, dia menyusur dari gang ke gang kampung guna
menjemput pelanggan. Kakinya bagai digerakkan tanah, dia begitu saja melangkah
tanpa bantuan tongkat. Tidak pernah menabrak pohon atau jatuh ke sungai.
Memang, tangannya kerap meraba-raba udara ketika melangkah, seperti sedang menatap
keadaan.
Barangkali
penglihatan Darko terletak di telapak tangannya. Dia akan berhenti ketika
seseorang memanggilnya. Melayani pelanggannya dengan tulus dan sama rata, tanpa
pernah memandang suatu apa pun. Serta yang membuat kami semakin hormat, tidak
pernah sekali pun dia mematok harga. Dengan biaya murah, bahkan terkadang hanya
dengan mengganti sepiring nasi dan teh panas, kami bisa mendapatkan kenikmatan
pijat yang tiada tara. Kami menikmati
bagaimana tangannya menekan
lembut tiap jengkal
tubuh kami. Kami merasakan urat
syaraf kami yang perlahan melepaskan kepenatan bagai menemukan kesegaran baru
setelah seharian ditimpa kelelahan. Pantaslah bila terkadang ada pelanggan yang
tertidur saat sedang dipijat. Selain itu, Darko memiliki pembawaan sikap yang
ramah, tidak mengherankan bila
orang- orang kampung
segera merasa akrab
dengan dirinya.
Dia suka
pula menceritakan kisah lucu di sela pijatannya. Meskipun begitu, kami
tetap tidak tahu asal usulnya dengan jelas. Bila kami menanyakannya, dia selalu
mengatakan bahwa dirinya berasal dari kampung yang jauh di kaki gunung. Kemudian
kami ketahui, bila malam hampir tandas, Darko kembali ke tempat pemakaman di
ujung kampung. Di antara sawah-sawah melintang. Sebuah tempat pemakaman yang
muram, menegaskan keterasingan. Di sana terdapat sebuah gubuk yang menyimpan
keranda, gentong, serta peralatan penguburan lain yang tentu saja kotor sebab
hanya diperlukan bila ada warga meninggal. Di keranda itulah Darko tidur,
memimpikan apa saja. Dia selalu mensyukuri mimpi, meskipun percaya mimpi tak
akan mengubah apa-apa. Sudah berhari-hari dia tinggal di sana.
Tak
dapat kami bayangkan bagaimana aroma mayit yang membubung ke udara lewat tengah
malam, menggenang di dadanya, menyesakkan pernapasan. Kami lantas menyarankan
supaya menginap di masjid saja. Namun dia tolak. Katanya kini masjid sedang
berada di ujung tanduk. Entahlah, dia lebih memilih tinggal di pemakaman,
membersihkan kuburan siapa saja. Seminggu kemudian orang-orang kampung gusar.
Pak Lurah mengumumkan bahwa masjid kampung satu-satunya yang berada di jalan
utama, akan segera dipindah ke permukiman berimpitan rumah-rumah warga dengan
alasan agar kami lebih dekat menjangkaunya. Supaya masjid senantiasa dipenuhi
jemaah.
Namun,
berhamburan kabar Pak Lurah akan mengorbankan tanah masjid dan sekitarnya ini kepada orang kota untuk sebuah
proyek pasar masuk kampung.Tentu saja merupakan tempat yang strategis daripada
di pelosok permukiman, harus melewati gang yang meliuk-liuk dan becek seperti
garis nasib kami. Di saat seperti itu kami justru teringat Darko. Ucapannya
terngiang kembali, mengendap ke telinga kami bagai datang dari keterasingan
yang kelam. Kami mulai bertanya-tanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui
segala yang akan terjadi? Sejauh ini kami hanya saling memendam di dalam hati
masing- masing tentang dugaan bahwa Darko memiliki kejelian menangkap hari
lusa.
Namun
diam-diam ketika sedang dipijat, Kurit, seorang warga kampung yang terkenal
suka ceplas-ceplos, meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko hanya tersenyum
sambil gelengkan kepala berkali-kali isyarat kerendahan hati, seakan berkata
bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa selain memijat. Namun Kurit terus
mendesak. Akhirnya seusai memijat, Darko pun menuruti permintaannya.
Dengan
sikap yang tenang dia mulai mengusap telapak tangan Kurit, menatapnya dengan
mata terpejam, kemudian berkata; Telapak tangan adalah pertemuan antara
kesedihan dan kebahagiaan. Entahlah apa maksudnya, Kurit kali ini hanya diam
saja, mendengarkan dengan takzim.
”Ada
kekuatan tersimpan di telapak tanganmu.” Kurit serius menyimaknya masih dalam
keadaan berbaring.
”Tetap
dirawat pertanianmu, rezeki akan terus membuntuti,” tambahnya. Kurit
mengangguk, masih tanpa ucap. Setelah
merasa tak ada
lagi sesuatu yang
harus dikerjakan, Darko
permisi. Berjalan kembali menapaki malam yang lengang. Langkahnya begitu
jelas terdengar, gesekan telapak kakinya pada tanah menimbulkan bunyi yang
gemetar. Sementara Kurit terus menyimpan ucapan Darko, berharap akan menjadi
kenyataan.
***
Siang
hari. Darko selalu duduk berlama-lama di celah gundukan-gundukan tanah yang
berjajar. Seperti sedang merasakan udara yang semilir di bawah pohon-pohon tua.
Menangkap suara burung-burung
yang melengking di
kejauhan. Menikmati aroma semak-semak. Mulutnya bergerak, seperti sedang
merapalkan doa. Mungkin dia mendoakan mereka yang di alam kubur sana. Dan bila
ada warga meninggal, Darko kerap membantu para penggali kubur. Meski sekadar mengambil
air dari sumur, supaya tanah lebih mudah digali. Begitulah, saat siang hari
kami tak pernah melihat Darko keliling kampung.
Barangkali
dia lebih memilih menyepi dalam hening pemakaman. Ada saja sesuatu
yang dia
kerjakan. Bahkan yang mungkin tidak begitu penting sekalipun. Mencabuti rerumputan liar
di permukaan tanah
makam, mengumpulkan dedaunan
yang berserakan dengan sapu lidi lalu membakarnya. Padahal, lihatlah
betapa daun-daun tidak akan pernah berhenti menciumi bumi. Dia begitu tangkas
melakukan itu semua, seakan memang tak pernah ada masalah dengan
penglihatannya.
Kurit
membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya kini lebih besar dan
segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang
yang memang tak menentu. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko
membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kabar tentang
ramalannya pun bagai udara, beredar di perkampungan.
Kini
hampir setiap malam selalu saja ada yang membutuhkan jasanya. Para perempuan, yang
biasanya lebih menyukai
pijatan suami, mulai
menunggu giliran. Entah karena
memang butuh mengendorkan
otot yang tegang
atau sekadar ingin mengetahui
ramalannya. Mungkin dua-duanya.
Bila kebetulan kami menjumpainya
di jalan dan minta diramal tanpa pijat sebelumnya, Darko tidak akan bersedia
melakukannya. Katanya, dia hanya menawarkan jasa pijat, bukan ramalan. Di
warung wedang jahe, orang-orang terus membicarakannya. Mereka saling
menceritakan ramalan masing-masing.
”Akan
datang kepadaku putri kecil pembawa rezeki.”
”Eh,
dia juga bilang, sebentar lagi akan habis masa penantianku,” kata perempuan pemilik
warung dengan nada berbunga-bunga. Ia hampir layu menunggu lamaran. ”Dia
menyarankan supaya aku beternak ayam saja,” seseorang menambahi. Begitulah,
dengan sangat berkobar-kobar kami menceritakan ramalan masing-masing. Setiap
lamunan kami habiskan untuk berharap. Menunggu dengan keyakinan mengucur
seperti curah keringat kami yang terus menetes sepanjang hari.
Sungguh
tak dapat kami pungkiri. Tak dapat kami sangkal, segalanya benar-benar terjadi.
Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim istrinya. Tak lama
jelang itu, Surtini si perawan tua menerima lamaran seorang duda dari kampung sebelah.
Sementara Tasrip bergembira
mendapati ternak ayamnya gemuk
dan lincah. Disusul
dengan kejadian-kejadian serupa.
Kejelian Darko dalam meramal
semakin diyakini orang- orang kampung. Ketepatannya membaca nasib seperti
seorang petani memahami gerak musim-musim. Pak Lurah pun merasa terusik
mendengar kabar yang dari hari ke hari semakin meluap itu. Ia sebelumnya memang
belum pernah merasakan pijatan Darko. Ia lebih memilih pijat ke kampung sebelah
yang bersertifikat, menurutnya lebih pantas dipercayai.
Malam
itu diam-diam Pak Lurah memanggil Darko ke rumahnya. Seusai dipijat, dengan
suara penuh wibawa ia meminta diramalkannya nomer togel yang akan keluar besok
malam. Seperti biasa,
Darko hanya menggeleng sambil
tersenyum. Namun Pak Lurah terus mendesak, bahkan sedikit memohon. Darko
diam beberapa jenak. Kemudian, dengan sangat terang dia pun menyebutkan angka
sejumlah empat kali diikuti gerak jari-jari tangannya. Kali ini Pak Lurah yang
tersenyum, gembira melintasi raut mukanya. Seperti biasa, setelah merasa tidak
ada sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Membiarkan tubuhnya diterpa
angin malam yang lembab.
***
Orang-orang kampung
kini mulai gelisah.
Sudah dua malam
kami tidak menjumpai Darko
keliling kampung. Kami
hanya bisa menduga
dengan kemungkinan-kemungkinan. Sementara Pak Lurah kian geram, merasa
dilecehkan.
Mendapati nomer togel pemberiannya tak kunjung
tembus. Esoknya, di suatuJumat yang cerah, Pak Lurah mengumpulkan beberapa
warga—terutama yang lelaki—guna memindahkan perlengkapan penguburan ke tengah
permukiman. Katanya, tanah kuburan semakin sesak, membutuhkan lahan luang yang
lebih. Sesampainya di sana, kami tetap tidak menjumpai Darko. Di gubuk itu,
kami tidak juga menemukan jejak peninggalannya. Dengan memendam perasaan getir kami
merobohkan tempat tinggalnya. Dalam hati kami masih sempat bertanya.
Adakah
Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi?
Kamar
Malas, Januari 2012
Sumber:
Koran Kompas Minggu, 1 Ju li 2012
Lampiran
2
Materi
Konseptual
1.
Hikayat
disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri bahasa yang
dominan dalam hikayat adalah banyak
menggunakan konjungsi hampir pada setiap awal kalimat. Selain banyak
menggunakan konjungsi, hikayat
menggunakan kata-kata arkais.
Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua
dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat
kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang
digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
Contoh makna kata arkais
Arkais
|
Makna Kamus
|
beroleh
|
Mendapat
|
Titah
|
kata, perintah
|
Buluh
|
tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur
|
Mahligai
|
Tempat kediaman raja atau putri-putri raja.
|
Ditoreh
|
|
Cembul
|
Tempat tembakau yang terbuat dari logam
|
Inang
|
Perempuan yang merawat anak tuannya.
|
2.
Hikayat
dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur
intrik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, seting, gaya
bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah
penggunaan gaya bahasa
(majas) dan penggunaan
konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga
banyak menggunakan gaya bahasa untuk memperindah cerita yang disampaikan.
1. Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat
berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik dibandingkan menggunakan bahasa
yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen
dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat
adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.
Mekipun sama-sama menggunakan gaya
bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya
dengan gaya bahasa dalam cerpen.
Perhatikan penggunaan majas antonomasia
dalam penggalan hikayat berikut ini.
Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan
mencari rezeki
berkeliling di
Negeri
Antah
Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera
Dewa.
Ke mana mereka
pergi selalu
diburu
dan diusir oleh
penduduk secara
beramai-ramai dengan disertai penganiayaan
sehingga bengkak-bengkak
dan berdarah-darah tubuhnya.
Sepanjang perjalanan
menangislah
Si Miskin
berdua
itu dengan sangat
lapar dan
dahaganya.
Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas
merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang
berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan
majas antonomasia dalam penggalan novel
Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel garcia marquez berikut
ini.
Materi
Prosedural
Dalam menceritakan kembali isi hikayat menjadi cerpen,
langkah-langkah dalam penyusunan resensi adalah:
a.
Membandingkan penggunaan alur hikayat dan cerpen,
b.
Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur
tunggal,
c.
Menggunakan bahasa Indonesia saat ini
d.
Menggunakan gaya bahasa yang sesuai
e.
Mengubah isi hikayat menjadi cerpen dengan
mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.
Materi
Metakognitif
Relevansi antara isi
hikayat dan cerpen terhadap kehidupan sehari-hari.
Lampiran 3
1.
Kisi-kisi Soal
Instrumen Penilaian
Pertemuan 1
a)
Sikap
1) Jurnal Penilaian Sikap Spiritual
a)
Nama Satuan Pendidikan :
SMA N 1 Cepogo
b)
Tahun Pelajaran :
2017/2018
c)
Kelas/Semester : X/ Semester
2
d)
MataPelajaran : Bahasa
Indonesia
No
|
Waktu
|
Nama
|
Kejadian/
Perilaku
|
Butir Sikap
|
Sikap dominanPositif /Negatif
|
|||
Ketaatan beribadah
|
Perilaku
syukur
|
Sikap berdoa
|
Sikap
mengikuti kegiatan keagamaan
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2) Penilaian Sikap Sosial
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas/ Semester : X/
2
Materi Pokok : Mereplikasi isi buku ilmiah yang dibaca dalam bentuk
resensi.
No
|
Nama Siswa
|
Aspek
Penilaian Perilaku
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
|||||
Nasionalisme
|
Integritas
|
Jujur
|
Mandiri
|
Tanggung Jawab
|
|
||||
1.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
Skor tiap aspek 1-4
Skor
Maksimal = 20
N = Jumlah Skor X
100 =………
Skor
Maksimal
b)
Penilaian Pengetahuan
b.1 Kisi-kisi Soal
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Penilai-an
|
HOTS / LOTS
|
Instrumen
|
No
|
3.8.1 Mengidentifikasi karakteristik
bahasa hikayat
3.8.2 Membandingkan bahasa dalam
kehidupan dengan bahasa
3.8.3 Membandingkan nilai-nilai dalam
teks hikayat dan dalam cerpen.
|
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
|
Uraian
Uraian
Uraian
|
HOTS
HOTS
HOTS
|
Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada
buku teks dan tunjukkan karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi:
a. konjungsi
b. kata arkais
c. majas
Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat
Keliling”, kemudian bandingkan bahasa yang digunakan dalam hikayat “Bayan
Budiman” dan cerpen tersebut!
Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat
“Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang Pijat Keliling”!
|
1
2
3
|
b.2
Soal
1. Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada buku teks dan tunjukkan
karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi:
a. konjungsi
b. kata arkais
c. majas
2. Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling”, kemudian bandingkan
bahasa yang digunakan dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen tersebut!
3. Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang
Pijat Keliling”!
b.3 Kunci Jawaban dan Skor Penilaian Soal Pengetahuan
No
|
Rambu-rambu Jawaban
|
Skor
|
1
|
Karakteristik
bahasa:
a. Konjungsi
Maka, lalu, dan
hatta
b. Arkais
Sebermula, hatta, hubaya-hubaya
c. Majas
Majas asosiasi:
“karena fitnah di dunia amat lagi tajam dari pada
senjata.”
Majas personifikasi:
“burung itu bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun
insyafterhadap perbuatannya yang menunggu suaminya Khojan Maimun.
|
30
|
2
|
a. Bahasa
dalam hikayat:
menggunakan bahasa Melayu kuno, banyak kata arkais, dan
menggunakan majas (gaya bahasa)
b. Bahasa dalam cerpen
Menggunakan bahasa Indonesia saat ini,
banyak kata arkais, dan jarang menggunakan majas (gaya bahasa)
|
40
|
3
|
Baik hikayat maupun cerpen sama-sama mengandung
nilai-nilai. Namun nilai-nilai dalam hikayat lebih banyak dibandingkan dengan
nilai dalam cerpen.
|
30
|
Skor Maksimal
|
100
|
Penilaian Keterampilan
c.1 Soal Penugasan/ Projek
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Penilaian
|
HOTS
/
HOTS
|
Instrumen
|
No
|
4.8.1 Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
4.8.2
Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk
cerpen.
|
Tes tertulis
Tes tertulis
|
Uraian
Uraian
|
HOTS
HOTS
|
Buatlah tabel yang berisi perbandingan
alur cerita dalam hikayat dan cerpen!
Ceritakan kembali isi hikayat ke dalam
entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai!
|
3
4
|
c.2 Soal
1. Buatlah
tabel yang berisi perbandingan alur cerita dalam hikayat dan cerpen!
2. Ceritakan
kembali isi hikayat ke dalam entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan
nilai-nilai!
c.3 Lembar Penilaian Presentasi
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X / MIPA dan IPS
Kompetensi : Menyampaikan perbandingan
alur cerita dalam hikayat dan cerpen
No
|
Nama
Siswa
|
Kinerja
Presentasi
|
Jml
Skor
|
Nilai
|
|||||
Presentasi
|
Isi
Laporan
|
||||||||
Kelan caran
|
Keba hasaan
|
Keleng kapan
|
Kesesu aian
|
Kelogisan
|
Sistematis
|
||||
1.
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
pengisian skor
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang
Nilai = Jumlah Skor Diperoleh / Skor Maksima (24) X100
c.4 Lembar Penilaian Produk
LEMBAR PENILAIAN HASIL MENCIPTA RESENSI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : X /
Kompetensi :
...............................................
No
|
Nama
|
Penilaian
Hasil Mencipta Resensi
|
Jum Skor
|
Nilai
|
|||||||||||||
Unsur
|
Struktur/ Kaidah
|
Tata penulisan
|
Pemilihan Judu
|
||||||||||||||
Judul resensi
|
Identitas buku
|
Sinopsis buku
|
Macam/jenis buku
|
Keunggulan buku
|
Kelemahan buku
|
Kemanfaatan
|
Judul
|
Identitas
|
Pembukaan
|
Isi
|
Penutup
|
||||||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
pengisian skor
Nilai
tiap aspek : 1- 5
Skor
Maksimal : 70
Nilai
0 komentar:
Post a Comment