17 September 2017

RPP KELAS X SEMESTER 1 BAHASA INDONESIA TEKS CERITA RAKYAT DAN PUISI KD 3.8 DAN 4.8 LENGKAP PPK, 4C, LITERASI, HOTS



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN



Sekolah                                        : SMA ……………

Mata Pelajaran                          : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester                        :  X/1

Materi Pokok                            : Cerita Rakyat (Hikayat) dan Puisi

Alokasi Waktu                          :  4 X 45 ( 2 pertemuan)

A.       Kompetensi Inti (KI)

KI-1 (Sikap Religius) dan KI-2 (Sikap Sosial)
Memiliki sikap jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang dianutnya.
KI-3 (Pengetahuan)
KI-4 (Keterampilan_
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang  dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan



B.       Tujuan Pembelajaran

Dengan penerapan model pembelajara discovery learning (pembelajaran penemuan) siswa dapat mengidentifikasi karakterisrtik bahasa,  membandingkan bahasa, nilai-nilai, dan alur hikayat serta menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen secara mandiri dan jujur.

C.        Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar
Indikator
3.8       Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen
3.8.1           Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.
3.8.2           Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen
3.8.3           Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
4.8    Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai.
4.8.1           Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.
4.8.2           Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.



D.       Materi Pembelajaran

1.      Faktual                                :     1.      Contoh hikayat Bayan Budiman

Judul Buku         : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X

           Pengarang          : Suherli, dkk.

           Penerbit              : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud

                                                             2.       Contoh Hikayat Indera Bangsawan

           Judul Buku         : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X

           Pengarang          : Suherli, dkk

           Penerbit              : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud

                                                             3.      Contoh Hikayat Si Miskin


                                                             4.      Cerpen Tukang Pijat Keliling

Judul Buku         : Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X

           Pengarang          : Suherli, dkk.

                                                                        Penerbit              : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud

2.      Konseptual                        :     1.      karakteristik bahasa hikayat

2.      perbandingan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen

3.      nilai-nilai dalam teks hikayat

4.      nilai-nilai dalam cerpen

3.      Prosedural                        : Langkah-langkah menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen

1.    Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.

2.    Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.

4.      Metakognitif                     :  Menyimpulkan relevansi isi hikayat dan cerpen terhadap kehidupan sehari-hari.





E.        Pendekatan/ Metode/ Model

1.       Pendekatan       : Saintific Learning

2.       Metode                 : Diskusi

3.       Model                   : Discovery Learning    



F.        Media/ Alat dan Bahan

1.      Media/ Alat       : Laptop, LCD Projektor

2.      Bahan                   : Teks hikayat dan cerpen

G.       Sumber Belajar

1.       Buku Teks Kurikulum 2013 (Pusat Perbukuan Nasional)

2.       Internet : ttps://indotim.wordpress.com/ceritarakyat-2nusantara/hikayat-simiskin

H.       Kegiatan Pembelajaran

1.       Pertemuan ke-1

3.8.1      Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat.

3.8.2      Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen.

3.8.3      Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.

TAHAP PEMBELAJARAN
LANGKAH-LANGKAH
WAKTU
Membangun Konteks


Pendahuluan
1.       Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri anugerah Tu­han dan saling mendoakan. (PPK)
2.       Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
3.       Peserta didik proaktif menerima informasi tentang keter­kaitan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.       Peserta didik menerima informasi tentang tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,  dan manfaat menguasai materi pembelajaran.
5.       Peserta didik diminta membentuk kelompok beranggotakan lima orang.
10’
Inti Pemodelan
Mengonstruksi Bersama
Stimulasi
6.       Peserta didik menyimak video Hikayat Puteri Kemuning. (LITERASI)
7.       Peserta didik bertanya jawab tentang isi, karakteristik, dan nilai-nilai pada hikayat Puteri Kemuning.
10’
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
8.       Peserta didik membaca hikayat berjudul “Bayan Budiman” dan cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling” dengan cermat.
9.       Peserta didik mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat mencakup konjungsi dan kata-kata arkais.
10’
Data collection (Pengumpulan Data)
10.   Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru dan teman mengenai karakteristik bahasa hikayat, perbandingan bahasa dan nilai hikayat dengan cerpen.
11.   Peserta didik mencari referensi dari berbagai sumber untuk meningkatkan pemahaman tentang karakteristik bahasa hikayat, perbandingan bahasa dan nilai hikayat dengan cerpen..
10’
Data Processing (Pengolahan Data)
12.   Peserta didik membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa cerpen mencakup pengunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian, serta penggunaan majas (gaya bahasa) (HOTS)
13.   Peserta didik membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.
20
Verification (Pembuktian)
14.   Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. (4C)
15.   Peserta didik lain memberikan tanggapan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan teman.
20’
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
16.   Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran mengenai karakteristik hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen.

Mengonstruksi mandiri
17.   Peserta didik melakukan konfirmasi dengan guru tentang karakteristik hikayat, serta perbandingan bahasa dan nilai-nilai hikayat dengan cerpen.
18.   Peserta didik menyampaikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
19.   Peserta didik menerima penugasan terstruktur: (HOTS)
Peserta didik diminta membaca hikayat Indra Bangsawan untuk kemudian diidentifikasi karakteristik bahasa, perbandingan bahasa hikayat dengan cerpen, dan perbandingan nilai-nilai dalam hikayat dengan cerpen!
10’



  

2.       Pertemuan ke-2

4.8.1         Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.

4.8.2         Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.

TAHAP PEMBELAJARAN
LANGKAH-LANGKAH
WAKTU
Membangun Konteks


Pendahuluan
1.      Peserta didik merespon salam sebagai tanda mensyukuri anugerah Tu­han dan saling mendoakan.
2.       Peserta didik merespon pertanyaan guru tentang materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
3.       Peserta didik proaktif menerima informasi tentang keter­kaitan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4.       Peserta didik menerima informasi tentang tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,  dan manfaat menguasai materi pembelajaran.
5.       Peserta didik diminta bergabung kembali dengan kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya.
10’
Inti Pemodelan
Mengonstruksi Bersama
Stimulasi
6.       Peserta didik membaca hikayat berjudul “Hikayat Si Miskin”
7.       Peserta didik mengidnetifikasi alur hikayat tersebut.
10’
Kegiatan Inti
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
8.       Peserta didik membandingkan alur hikayat dengan cerpen
10’
Data collection (Pengumpulan Data)
9.       Peserta didik mencari referensi dari berbagai sumber untuk meningkatkan pemahaman tentang penggunaan alur pada hikayat dan cerpen.
10.   Peserta didik melakukan tanya jawab dengan guru dan teman tentang cara menceritakan kembali  isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.
10’
Data Processing (Pengolahan Data)
11.   Peserta didik menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen dengan mengubah alur, bahasa,  dan gaya bahasa pada hikayat dengan tetap mempertahankan isi dan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.

30
Verification (Pembuktian)
12.   Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas.
13.   Peserta didik lain memberikan tanggapan mengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikan teman.
20’
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
14.   Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai penceritaan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.

Mengonstruksi mandiri
15.   Peserta didik melakukan konfirmasi dengan guru tentang penceritaan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen
16.   Peserta didik menyampaikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
17.   Peserta didik menerima penugasan tidak terstruktur:
Peserta didik diminta mencari sebuah hikayat dari berbagai sumber kemudian mengubah isi hikayat tersebut menjadi cerpen dengan tetap memperhatikan isi dan nilai-nilai dalam hikayat tersebut.
10’



I.          Penilaian

  1. Penilaian Sikap

a.         Teknik penilaian                 : Observasi : sikap religiius dan sikap sosial

b.         Bentuk penilaian                 : lembar pengamatan

c.         Instrumen penilaian          : jurnal (terlampir)



2.        Pengetahuan

Jenis/Teknik tes                           :  tertulis

Bentuk tes                                       : uraian

a.  Tertulis

b.  Penugasan

c.  Instrumen Penilaian (terlampir)





  1. Keterampilan

a.       Teknik/Bentuk Penilaian    : Praktik

b.       Bentuk                                         : Produk cerpen

c.       Instrumen Penilaian              : (terlampir)

     















Mengetahui,                                                                       …………………………..

Kepala Sekolah                                                                 Guru Mapel,











……………………..                                                          ……………………………..







 Lampiran 1

Materi Pembelajaran

1.      Faktual

CONTOH HIKAYAT

Hikayat Bayan Budiman

Judul                                     :  Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X               
Penulis                                
:  Suherli, dkk.

Penerbit                              : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit                    
: 2016
Tebal Halaman                
:  366 hlm



  

HIKAYAT BAYAN BUDIMAN

Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu   amat   kaya,   akan   tetapi   ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun Setelah umurnya Khojan Maimun lima    tahun,    maka    di    serahkan oleh  bapaknya  mengaji  kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan  Maimun  lima  belas  tahun.

Ia dipinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga.

Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.   Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan  disentakkannya  tiung  itu  dari  sangkarnya  dan  dihempaskannya sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.”

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.

Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.

Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan menangkap anak kera itu untuk mengubati anaknya. 



Cerpen Tukang Pijat Keiling

Judul                                     :  Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X               
Penulis                                
:  Suherli, dkk.

Penerbit                              : Puskurbuk, Balitbang, Kemdikbud
Tahun Terbit                    
: 2016
Tebal Halaman                
:  366 hlm





TUKANG PIJAT KELILING

oleh Sulung Pamangguh

Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian  Darko  dalam  memijat.  Standar  tukang  pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya yang membuat kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh sebab itu kami terus membicarakannya Entah   darimana   asalnya,   tiada   seorang   warga pun  yang  tahu.  Tiba-tiba  saja  datang  ke  kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap dia adalah pengemis yang diutus kitab suci. Dia  bertubuh  jangkung  tetapi  terkesan  membungkuk, barangkali karena usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa mengenakan kacamata, membuat matanya yang hampa terlihat lebih suram, dia menawarkan pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam, hanya selapis putih yang terlihat.

Kami pun penasaran ingin merasakan pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di kampung kami, apalagi yang keliling. Biasanya kami saling pijat memijat dengan istri di rumah masing-masing, itu pun hanya sekadarnya. Kami harus menuju ke dukun pijat di kampung sebelah bila ingin merasakan pijatan yang sungguh-sungguh atau mengurut tangan kaki kami yang terkilir.

Hampir kebanyakan warga di kampung kami ini adalah buruh tani. Hanya beberapa orang yang memiliki sawah, dapat dihitung dengan ingatan. Setiap hari kami harus menumpahkan tenaga di ladang. Dapat dibayangkan keletihan kami bila malam menjelang. Tentulah kehadiran Darko membuat kampung kami lebih menggeliat, makin bergairah.

Setiap malam, dengan membawa minyak urut, dia menyusur dari gang ke gang kampung guna menjemput pelanggan. Kakinya bagai digerakkan tanah, dia begitu saja melangkah tanpa bantuan tongkat. Tidak pernah menabrak pohon atau jatuh ke sungai. Memang, tangannya kerap meraba-raba udara ketika melangkah, seperti sedang menatap keadaan.

Barangkali penglihatan Darko terletak di telapak tangannya. Dia akan berhenti ketika seseorang memanggilnya. Melayani pelanggannya dengan tulus dan sama rata, tanpa pernah memandang suatu apa pun. Serta yang membuat kami semakin hormat, tidak pernah sekali pun dia mematok harga. Dengan biaya murah, bahkan terkadang hanya dengan mengganti sepiring nasi dan teh panas, kami bisa mendapatkan kenikmatan pijat yang tiada tara. Kami menikmati  bagaimana  tangannya  menekan  lembut  tiap  jengkal  tubuh  kami. Kami merasakan urat syaraf kami yang perlahan melepaskan kepenatan bagai menemukan kesegaran baru setelah seharian ditimpa kelelahan. Pantaslah bila terkadang ada pelanggan yang tertidur saat sedang dipijat. Selain itu, Darko memiliki pembawaan sikap yang ramah, tidak mengherankan bila  orang-  orang  kampung  segera  merasa  akrab  dengan  dirinya. 

Dia  suka  pula menceritakan kisah lucu di sela pijatannya. Meskipun begitu, kami tetap tidak tahu asal usulnya dengan jelas. Bila kami menanyakannya, dia selalu mengatakan bahwa dirinya berasal dari kampung yang jauh di kaki gunung. Kemudian kami ketahui, bila malam hampir tandas, Darko kembali ke tempat pemakaman di ujung kampung. Di antara sawah-sawah melintang. Sebuah tempat pemakaman yang muram, menegaskan keterasingan. Di sana terdapat sebuah gubuk yang menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lain yang tentu saja kotor sebab hanya diperlukan bila ada warga meninggal. Di keranda itulah Darko tidur, memimpikan apa saja. Dia selalu mensyukuri mimpi, meskipun percaya mimpi tak akan mengubah apa-apa. Sudah berhari-hari dia tinggal di sana.

Tak dapat kami bayangkan bagaimana aroma mayit yang membubung ke udara lewat tengah malam, menggenang di dadanya, menyesakkan pernapasan. Kami lantas menyarankan supaya menginap di masjid saja. Namun dia tolak. Katanya kini masjid sedang berada di ujung tanduk. Entahlah, dia lebih memilih tinggal di pemakaman, membersihkan kuburan siapa saja. Seminggu kemudian orang-orang kampung gusar. Pak Lurah mengumumkan bahwa masjid kampung satu-satunya yang berada di jalan utama, akan segera dipindah ke permukiman berimpitan rumah-rumah warga dengan alasan agar kami lebih dekat menjangkaunya. Supaya masjid senantiasa dipenuhi jemaah.

Namun, berhamburan kabar Pak Lurah akan mengorbankan tanah masjid dan  sekitarnya ini kepada orang kota untuk sebuah proyek pasar masuk kampung.Tentu saja merupakan tempat yang strategis daripada di pelosok permukiman, harus melewati gang yang meliuk-liuk dan becek seperti garis nasib kami. Di saat seperti itu kami justru teringat Darko. Ucapannya terngiang kembali, mengendap ke telinga kami bagai datang dari keterasingan yang kelam. Kami mulai bertanya-tanya. Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi? Sejauh ini kami hanya saling memendam di dalam hati masing- masing tentang dugaan bahwa Darko memiliki kejelian menangkap hari lusa.

Namun diam-diam ketika sedang dipijat, Kurit, seorang warga kampung yang terkenal suka ceplas-ceplos, meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko hanya tersenyum sambil gelengkan kepala berkali-kali isyarat kerendahan hati, seakan berkata bahwa dia tidak bisa melakukan apa-apa selain memijat. Namun Kurit terus mendesak. Akhirnya seusai memijat, Darko pun menuruti permintaannya.

Dengan sikap yang tenang dia mulai mengusap telapak tangan Kurit, menatapnya dengan mata terpejam, kemudian berkata; Telapak tangan adalah pertemuan antara kesedihan dan kebahagiaan. Entahlah apa maksudnya, Kurit kali ini hanya diam saja, mendengarkan dengan takzim.

”Ada kekuatan tersimpan di telapak tanganmu.” Kurit serius menyimaknya masih dalam keadaan berbaring.

”Tetap dirawat pertanianmu, rezeki akan terus membuntuti,” tambahnya. Kurit mengangguk, masih tanpa ucap. Setelah  merasa  tak  ada  lagi  sesuatu  yang  harus  dikerjakan,  Darko  permisi. Berjalan kembali menapaki malam yang lengang. Langkahnya begitu jelas terdengar, gesekan telapak kakinya pada tanah menimbulkan bunyi yang gemetar. Sementara Kurit terus menyimpan ucapan Darko, berharap akan menjadi kenyataan.

***         

Siang hari. Darko selalu duduk berlama-lama di celah gundukan-gundukan tanah yang berjajar. Seperti sedang merasakan udara yang semilir di bawah pohon-pohon  tua.  Menangkap  suara  burung-burung  yang  melengking  di  kejauhan. Menikmati aroma semak-semak. Mulutnya bergerak, seperti sedang merapalkan doa. Mungkin dia mendoakan mereka yang di alam kubur sana. Dan bila ada warga meninggal, Darko kerap membantu para penggali kubur. Meski sekadar mengambil air dari sumur, supaya tanah lebih mudah digali. Begitulah, saat siang hari kami tak pernah melihat Darko keliling kampung.

Barangkali dia lebih memilih menyepi dalam hening pemakaman. Ada saja sesuatu

yang dia kerjakan. Bahkan yang mungkin tidak begitu penting sekalipun. Mencabuti rerumputan  liar  di  permukaan  tanah  makam,  mengumpulkan  dedaunan  yang berserakan dengan sapu lidi lalu membakarnya. Padahal, lihatlah betapa daun-daun tidak akan pernah berhenti menciumi bumi. Dia begitu tangkas melakukan itu semua, seakan memang tak pernah ada masalah dengan penglihatannya.

Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya kini lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang yang memang tak menentu. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya. Kabar tentang ramalannya pun bagai udara, beredar di perkampungan.

Kini hampir setiap malam selalu saja ada yang membutuhkan jasanya. Para perempuan,  yang  biasanya  lebih  menyukai  pijatan  suami,  mulai  menunggu giliran.  Entah  karena  memang  butuh  mengendorkan  otot  yang  tegang  atau sekadar  ingin  mengetahui  ramalannya.  Mungkin  dua-duanya.  Bila  kebetulan kami menjumpainya di jalan dan minta diramal tanpa pijat sebelumnya, Darko tidak akan bersedia melakukannya. Katanya, dia hanya menawarkan jasa pijat, bukan ramalan. Di warung wedang jahe, orang-orang terus membicarakannya. Mereka saling menceritakan ramalan masing-masing.

”Akan datang kepadaku putri kecil pembawa rezeki.”

”Eh, dia juga bilang, sebentar lagi akan habis masa penantianku,” kata perempuan pemilik warung dengan nada berbunga-bunga. Ia hampir layu menunggu lamaran. ”Dia menyarankan supaya aku beternak ayam saja,” seseorang menambahi. Begitulah, dengan sangat berkobar-kobar kami menceritakan ramalan masing-masing. Setiap lamunan kami habiskan untuk berharap. Menunggu dengan keyakinan mengucur seperti curah keringat kami yang terus menetes sepanjang hari.

Sungguh tak dapat kami pungkiri. Tak dapat kami sangkal, segalanya benar-benar terjadi. Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim istrinya. Tak lama jelang itu, Surtini si perawan tua menerima lamaran seorang duda dari kampung  sebelah.  Sementara  Tasrip  bergembira  mendapati  ternak  ayamnya gemuk  dan  lincah.  Disusul  dengan  kejadian-kejadian  serupa.  Kejelian  Darko dalam meramal semakin diyakini orang- orang kampung. Ketepatannya membaca nasib seperti seorang petani memahami gerak musim-musim. Pak Lurah pun merasa terusik mendengar kabar yang dari hari ke hari semakin meluap itu. Ia sebelumnya memang belum pernah merasakan pijatan Darko. Ia lebih memilih pijat ke kampung sebelah yang bersertifikat, menurutnya lebih pantas dipercayai.

Malam itu diam-diam Pak Lurah memanggil Darko ke rumahnya. Seusai dipijat, dengan suara penuh wibawa ia meminta diramalkannya nomer togel yang akan keluar  besok  malam.  Seperti  biasa,  Darko  hanya  menggeleng  sambil  tersenyum. Namun Pak Lurah terus mendesak, bahkan sedikit memohon. Darko diam beberapa jenak. Kemudian, dengan sangat terang dia pun menyebutkan angka sejumlah empat kali diikuti gerak jari-jari tangannya. Kali ini Pak Lurah yang tersenyum, gembira melintasi raut mukanya. Seperti biasa, setelah merasa tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan, Darko permisi. Membiarkan tubuhnya diterpa angin malam yang lembab.

***

Orang-orang  kampung  kini  mulai  gelisah.  Sudah  dua  malam  kami  tidak menjumpai   Darko   keliling   kampung.   Kami   hanya   bisa   menduga   dengan kemungkinan-kemungkinan. Sementara Pak Lurah kian geram, merasa dilecehkan.

 Mendapati nomer togel pemberiannya tak kunjung tembus. Esoknya, di suatuJumat yang cerah, Pak Lurah mengumpulkan beberapa warga—terutama yang lelaki—guna memindahkan perlengkapan penguburan ke tengah permukiman. Katanya, tanah kuburan semakin sesak, membutuhkan lahan luang yang lebih. Sesampainya di sana, kami tetap tidak menjumpai Darko. Di gubuk itu, kami tidak juga menemukan jejak peninggalannya. Dengan memendam perasaan getir kami merobohkan tempat tinggalnya. Dalam hati kami masih sempat bertanya.

Adakah Darko memang sudah mengetahui segala yang akan terjadi?

Kamar Malas, Januari 2012

Sumber: Koran Kompas Minggu, 1 Ju li 2012



Lampiran 2

Materi Konseptual

1.       Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah  banyak menggunakan konjungsi hampir pada setiap awal kalimat. Selain   banyak   menggunakan   konjungsi,   hikayat   menggunakan   kata-kata arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.

Contoh makna kata arkais

Arkais
Makna Kamus
beroleh
Mendapat
Titah
kata, perintah
Buluh
tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan keras; bambu; aur
Mahligai
Tempat kediaman raja atau putri-putri raja.
Ditoreh

Cembul
Tempat tembakau yang terbuat dari logam
Inang
Perempuan yang merawat anak tuannya.



2.       Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, seting, gaya bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen  adalah  penggunaan  gaya  bahasa  (majas)  dan  penggunaan  konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga banyak menggunakan gaya bahasa untuk memperindah cerita yang disampaikan.

1. Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.

Mekipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.

Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan hikayat berikut ini.


Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki  berkeliling di Negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.



Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan novel  Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel garcia marquez berikut ini.

Materi Prosedural

Dalam menceritakan kembali isi hikayat menjadi cerpen, langkah-langkah dalam penyusunan resensi adalah:

a.       Membandingkan penggunaan alur hikayat dan cerpen,

b.       Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal,

c.       Menggunakan bahasa Indonesia saat ini

d.       Menggunakan gaya bahasa yang sesuai

e.       Mengubah isi hikayat menjadi cerpen dengan mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat.

Materi Metakognitif

Relevansi antara isi hikayat dan cerpen terhadap kehidupan sehari-hari.

  

Lampiran 3

1.      Kisi-kisi Soal

Instrumen Penilaian Pertemuan 1



a)      Sikap

1)   Jurnal Penilaian Sikap Spiritual

a)          Nama Satuan Pendidikan                    : SMA N 1 Cepogo

b)          Tahun Pelajaran                                     : 2017/2018

c)          Kelas/Semester                                            : X/ Semester 2

d)          MataPelajaran                                        : Bahasa Indonesia



No
Waktu
Nama
Kejadian/
Perilaku
Butir Sikap
Sikap dominanPositif /Negatif
Ketaatan beribadah
Perilaku syukur
Sikap berdoa
Sikap mengikuti kegiatan keagamaan

















































2)   Penilaian Sikap Sosial

Mata Pelajaran             :    Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester           :    X/ 2

Materi Pokok               :    Mereplikasi isi buku ilmiah yang dibaca dalam bentuk resensi.



No
Nama Siswa
Aspek Penilaian Perilaku
Jumlah Skor
Nilai
Nasionalisme
Integritas
Jujur
Mandiri
Tanggung Jawab

1.                   









2.                   









3.                   









4.                   









5.                   












Keterangan:

Skor tiap aspek 1-4

Skor Maksimal                            = 20

N = Jumlah Skor       X 100        =………

       Skor Maksimal



b)        Penilaian Pengetahuan



b.1       Kisi-kisi Soal

Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilai-an
HOTS / LOTS
Instrumen
No
3.8.1    Mengidentifikasi karakteristik bahasa hikayat










3.8.2    Membandingkan bahasa dalam kehidupan dengan bahasa





3.8.3    Membandingkan nilai-nilai dalam teks hikayat dan dalam cerpen.

Tes tertulis












Tes tertulis












Tes tertulis




Uraian













Uraian













Uraian


HOTS













HOTS













HOTS
Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada buku teks dan tunjukkan karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi:
a. konjungsi
b. kata arkais
c. majas

Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling”, kemudian bandingkan bahasa yang digunakan dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen tersebut!

Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang Pijat Keliling”!

1













2













3







            b.2 Soal

1.      Bacalah “Hikayat Bayan Budiman” pada buku teks dan tunjukkan karakteristik bahasa hikayat tersebut, meliputi:

a. konjungsi

b. kata arkais

c. majas

2.      Bacalah cerpen berjudul “Tukang Pijat Keliling”, kemudian bandingkan bahasa yang digunakan dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen tersebut!

3.      Bandingkan nilai-nilai dalam hikayat “Bayan Budiman” dan cerpen “Tukang Pijat Keliling”!



            b.3  Kunci Jawaban dan Skor Penilaian Soal Pengetahuan



No
Rambu-rambu Jawaban
Skor
1
Karakteristik bahasa:
a.       Konjungsi
Maka, lalu, dan hatta
b.       Arkais
Sebermula, hatta, hubaya-hubaya
c.       Majas
Majas asosiasi:
“karena fitnah di dunia amat lagi tajam dari pada senjata.”
Majas personifikasi:
“burung itu bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insyafterhadap perbuatannya yang menunggu suaminya Khojan Maimun.
30
2
a.       Bahasa dalam hikayat:
menggunakan bahasa Melayu kuno, banyak kata arkais, dan menggunakan majas (gaya bahasa)
b.       Bahasa dalam cerpen
Menggunakan bahasa Indonesia saat ini, banyak kata arkais, dan jarang menggunakan majas (gaya bahasa)
40
3
Baik hikayat maupun cerpen sama-sama mengandung nilai-nilai. Namun nilai-nilai dalam hikayat lebih banyak dibandingkan dengan nilai dalam cerpen.
30
Skor Maksimal
100



                   Penilaian Keterampilan

c.1   Soal Penugasan/ Projek

Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
HOTS
/
HOTS
Instrumen
No
4.8.1   Membandingkan alur cerita dalam hikayat dan cerpen.





4.8.2    Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen.


Tes tertulis







Tes tertulis




Uraian








Uraian




HOTS








HOTS


Buatlah tabel yang berisi perbandingan alur cerita dalam hikayat dan cerpen!



Ceritakan kembali isi hikayat ke dalam entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai!
3








4













c.2       Soal

1.    Buatlah tabel yang berisi perbandingan alur cerita dalam hikayat dan cerpen!



2.    Ceritakan kembali isi hikayat ke dalam entuk cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai!



c.3      Lembar Penilaian Presentasi



LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI

Mata Pelajaran         :      Bahasa Indonesia

Kelas/Program         :      X / MIPA dan IPS

Kompetensi             :      Menyampaikan perbandingan alur cerita dalam hikayat dan cerpen



No
Nama Siswa
Kinerja Presentasi
Jml Skor
Nilai
Presentasi
Isi Laporan
Kelan caran
Keba hasaan
Keleng kapan
Kesesu aian
Kelogisan
Sistematis
1.      1









2.      2









3.       









4.       









5.       












Keterangan pengisian skor

4.  Sangat tinggi

3.  Tinggi

2.  Cukup tinggi

1.  Kurang

Nilai = Jumlah Skor Diperoleh / Skor Maksima (24)  X100





c.4 Lembar Penilaian Produk



LEMBAR PENILAIAN HASIL MENCIPTA RESENSI



Mata Pelajaran             : Bahasa Indonesia

Kelas/Program            : X /

Kompetensi                  : ...............................................

No
Nama
Penilaian Hasil Mencipta Resensi
Jum Skor
Nilai
Unsur
Struktur/ Kaidah
Tata penulisan
Pemilihan Judu
Judul resensi
Identitas buku
Sinopsis buku
Macam/jenis buku
Keunggulan buku
Kelemahan buku
Kemanfaatan
Judul
Identitas
Pembukaan
Isi
Penutup
1

















2


















Keterangan pengisian skor

Nilai tiap aspek                      : 1- 5

Skor Maksimal                       : 70

Nilai

                                      

0 komentar:

Post a Comment