BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Cerita rakyat merupakan prosa lama berupa tradisi lisan. Dalam bahasa
sehari-hari cerita rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng. Dongeng ini
hidup dan berkembang dalam masyarakat tertentu tetapi tidak pernah diketahui
siapa pengarangnya. Sebagai genre sastra lisan, cerita rakyat memiliki manfaat
yang banyak bagi masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terkandung nilai-nilai
pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat.
Seiring dengan arus
globalisasi cerita rakyat seakan-akan terlupakan dan tidak pernah dikaji.
Padahal cerita rakyat merupakan tradisi budaya yang memegang nilai-nilai luhur.
Di dalamnya terdapat ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk
menjaga sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat
merupakan sesuatu yang sangat penting.
Sehubungan dengan konsep
nilai, Yunus, dkk. (1990) menjelaskan bahwa nilai adalah kadar isi yang
memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai
adalah sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi manusia atau
kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra. Nilai adalah
ide-ide yang menggambarkan serta membentuk suatu cara dalam sistem masyarakat
sosial yang merupakan rantai penghubung secara terus-menerus dari kehidupan
generasi terdahulu.
Sehubungan dengan
pengelompokan nilai, Zahafudin (1996) menjelaskan bahwa secara garis besar
nilai-nilai kehidupan yang ada dalam karya sastra terdiri atas tiga golongan
besar yaitu (1) nilai keagamaan, (2) nilai sosial (3) nilai moral. Selanjutnya,
nilai-nilai tersebut masih dapat dikelompokan dalam bentuk yang kecil, yaitu
nilai agama terdiri atas nilai tauhid, nilai pengetahuan, nilai penyerahan diri
kepada takdir. Nilai sosial terdiri atas nilai gotong-royong, musyawarah,
kepatuhan, kesetiaan dan keikhlasan. Dan nilai moral terdiri atas nilai
kejujuran, nilai kesopanan, ketabahan, dan menuntut malu atau harga diri.
Peningkatkan kompetensi menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran menentukan nilai-nilai
cerita rakyat hendaknya dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
dan menantang, sehingga memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran (Depdiknas, 2007). Oleh karena itu, peningkatan kompetensi
siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat harus dibangun oleh
siswa sendiri melalui keterlibatan aktif dalam belajar.
Menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat merupakan salah satu materi penting dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang
diajarkan pada kelas XI IPA-2 semester 1 dan merupakan materi yang masuk dalam
standar kelulusan untuk Ujian Nasional pada kelas XII. Kompetensi menentukan
nilai-nilai dalam cerita juga sangat penting dikuasai oleh siswa untuk
memperluas wawasan dan membangun karakter siswa khususnya memperhalus budi
pekerti siswa.
Kompetensi
siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat masih
rendah. Hal ini ditunjukan dari hasil ulangan materi menentukan nilai-nilai
cerita rakyat yang masih rendah. Persentase kompetensi menentukan nilai keagamaan capaian rata-rata nilai kelas 70,
kompetensi
menentukan nilai moral
65, dan kompetensi menentukan nilai sosial 62. Dengan demikian, diperlukan kepedulian dan kreativitas guru
meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.
Salah
satu hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran
adalah media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
Pemilihan
dan pemanfaatan media pembelajaran yang tepat pada materi menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat sangat diperlukan agar pelaksanaan pembelajaran
dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses
pembelajaran sebelumnya guru hanya menekankan pada isi (content) dari cerita rakyat dan belum memperhatikan proses (process), sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Guru belum
mengoptimalkan kompetensi peserta didik dan belum menempatkan diri sebagai
pembimbing, mengarahkan, dan menguatkan setiap konstribusi peserta didik dalam
pembelajaran. Siswa hanya menghafal pengertian, jenis-jenis cerita rakyat, dan
unsur-unsur cerita rakyat dan menggunakannya untuk menyelesaikan soal, sehingga
keaktifan, perhatian, partisipasi, kesungguhan, dan semangat siswa kurang.
Proses pembelajaran yang masih didominasi oleh tujuan level rendah seperti
menghafal pengertian, dan macam-macam cerita rakyat, unsur-unsur cerita rakyat dan
mengerjakan soal, mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam meningkatkan kompetensi
siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.
Berdasarkan fakta di lapangan, dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas XI IPA-2, penulis mengadakan perubahan dengan
menggunakan media wayang kertas sehingga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi
siswaSalah satu
materi yang dianggap sulit siswa adalah materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Kesulitan siswa disebabkan
antara lain: (1) rendahnya penguasaan materi nilai-nilai dalam cerita rakyat, dan (2) kurangnya
pemahaman siswa dalam mengidentifikasi nilai-nilai dalam cerita rakyat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis merencanakan pembelajaran menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan menggunakan media wayang kertas. Menurut
Briggs (1970),
media adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi
peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (1995)
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran”.
B.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang
permasalahan di atas, rumusan masalah dalam best practice ini
adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas dalam meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat siswa
kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun
pelajaran 2016/2017?
2.
Berapa
besar peningkatan kompetensi menentukan nilai-nilai
dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran
2016/2017 setelah menggunakan
media wayang kertas?
C.
Tujuan
Tujuan best practice ini adalah sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
wayang kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam
cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran
2016/2017.
2.
Mengetahui
dampak penggunaan media wayang
kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita
pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
D.
Manfaat
Best practice ini
diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah untuk meningkatkan
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.
Adapun manfaat best practise
ini adalah sebagai berikut.
1.
Manfaat bagi
siswa
Penggunaan
media wayang kertas diharapkan mampu memberi solusi
pada siswa dalam meningkatkan penguasaan materi menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat.
2.
Manfaat bagi guru bahasa
Indonesia
Penggunaan
media wayang kertas diharapkan mampu memberikan model
pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan kompetensi menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat.
3.
Manfaat bagi sekolah
Penerapan
pembelajaran dengan
menggunakan media wayang kertas dapat
memberi konstribusi bagi perbaikan proses pembelajaran di sekolah, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa serta
dapat digunakan untuk memajukan prestasi
sekolah.
BAB II
IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
A.
Alasan Strategi Pemecahan
Masalah
Alasan penulis menggunakan media pembelajaran
untuk meningkatkan kompetensi siswa karena media memiliki beberapa fungsi dalam
pembelajaran. Manfaat media pembelajaran menurut Harjanto
(1997) adalah: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis
(tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya) 2) Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat
dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa. 3) Dapat menimbulkan persepsi
yang sama terhadap suatu masalah.
Pemilihan
media wayang kertas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat telah mempertimbangkan prinsip pemilihan media
pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan Harjanto (1997) yaitu: tujuan,
keterpaduan (validitas), keadaan peserta didik, ketersediaan, mutu teknis,
biaya. Media wayang kertas diharapkan dapat
meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan
kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Media wayang
kertas juga mudah di dapat dan murah harganya.
Penggunaan
media wayang kertas sangat diperlukan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran terutama pada kompetensi menentukan
nilai-nilai dalam cerita. Pada pembelajaran
bahasa Indonesia dengan menggunakan media
wayang kertas siswa akan berinteraksi dengan wayang kertas dan siswa akan
dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya memiliki kompetensi kognitif yang heterogen. Pembagian kelompok didasarkan
hasil tes kompetensi awal dengan demikian setiap kelompok mempunyai anggota
yang mempunyai kompetensi yang relatif sama. Adanya pembagian kelompok siswa
dalam pembelajaran dengan kompetensi awal yang heterogen akan mendorong
terjalinnya hubungan yang saling mendukung antar anggota kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya baik kepada siswa
lain maupun kepada guru, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan proses dan
hasil belajar yang diperoleh lebih maksimal.
Pembelajaran
dengan mengguanakan wayang kertas untuk kompetensi menentukan nilai-nilai dalam
cerita rakyat direncanakan terdiri atas 2 siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan (2 jam pelajaran) dan pada setiap siklus
siswa akan diberikan tes kompetensi menentukan
nilai-nilai dalam cerita rakyat. Berikut ini skema kerangka berfikir disajikan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir
B.
Implementasi Strategi Pemecahan Masalah
Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa
menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Secara umum, kegiatan pembelajaran
dibagi menjadi tujuh tahap. Berikut ini kegiatan pembelajaran pada materi menentukan nilai-nilai
dalam cerita rakyat dengan menggunakan media wayang kertas.
Pada tahap pertama atau pendahuluan, siswa merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya, menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan menerima
informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari dan dikuasai khususnya tentang
pembelajaran menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Kegiatan tersebut
ditunjukkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 2. Siswa menerima informasi
tujuan pembelajaran
Gambar 3. Siswa menerima informasi
tentang hal-hal yang akan dipelajari
Pada kegiatan kedua (inti), siswa dalam kelompok-kelompok (tim
belajar) yang terdiri 5 – 6 siswa mencermati guru yang menyajikan materi dengan
metode memperdengarkan cerita rakyat dengan menggunakan wayang kertas dan siswa
bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4. Siswa mencermati guru yang
mendongeng dengan media wayang kertas (siklus 1)
Gambar 5. Siswa mempraktikkan mendongeng dengan media wayang kertas (siklus
2)
Pada tahap ketiga
(inti), siswa dalam kelompok dengan bimbingan guru
berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai dalam cerita dengan mengisi Lembar
Kerja Siswa. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 6.
Gambar 6. Siswa berdiskusi dengan
bimbingan guru
Tahap
keempat (inti), Siswa sebagai perwakilan kelompok yang
ditunjuk guru menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas, sementara kelompok
yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.
Gambar 7. Siswa menyajikan hasil
diskusi di depan kelas
Gambar 8. Siswa menanggapi
presentasi kelompok lain
Gambar 9. Siswa menanggapi
presentasi kelompok lain
Tahap kelima (penutup),
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Kegiatan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan dibimbing
guru
Tahap keenam (penutup) siswa
melaksanakan evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh guru. Kegiatan siswa
melaksanakan evaluasi terlihat pada Gambar 11 dan gambar 12.
Gambar 11. Siswa melaksanakan
evaluasi
Gambar 12. Siswa melaksanakan
evaluasi
Tahap ketujuh (penutup) siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran dan menerima umpan
balik, tugas, dan informasi tentang kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Kegiatan siswa melaksanakan refleksi terlihat pada
Gambar 13.
Gambar 13. Siswa melaksanakan
refleksi
Setelah pembelajaran dilaksanakan pada siklus I dan tindak lanjut hasil
refleksi pada siklus I, dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Perubahan yang dilakukan diantaranya: pada tahap kedua (inti) lebih
dimaksimalkan dengan cara siswa yang memanfaatkan media wayang kertas untuk
mendongeng. Dengan siswa berinteraksi langsung dengan media wayang kertas
diharapkan siswa lebih termotivasi pada pembelajaran karena siswa mengalami
sendiri. Dengan peningkatan motivasi dan pengalaman langsung dengan media
pembelajaran berupa wayang kertas diharapkan akan meningkatkan hasil
pembelajaran yaitu meningkatnya kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai
dalam cerita rakyat.
C.
Hasil atau Dampak yang Dicapai
Penggunaan media wayang kertas di kelas XI
IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali memiliki dampak sebagai berikut.
1.
Meningkatnya
Proses Pembelajaran
Untuk mengetahui dampak
penggunaan wayang kertas terhadap proses pembelajaran pada kompetensi
menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat, penulis melibatkan teman sejawat
sebagai pengamat atau observer. Kegiatan pengamatan proses pembelajaran
terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.
Gambar 14. Observer mengamati proses
pembelajaran
Gambar 15. Observer mengamati proses
pembelajaran
Berdasarkan pengamatan observer pada
siklus I, menunjukkan bahwa penggunaan media wayang kertas pada kompetensi
menentukan nilai-nilai dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2
Boyolali telah menunjukkan dampak pada proses pembelajaran yaitu meningkatan
sikap belajar siswa yang meliputi tingkat perhatian, keaktifan, partisipatif,
kesungguhan, dan semangat belajar namun belum maksimal. Artinya masuk
kategori baik dan masih perlu perbaikan lagi dalam implementasinya. Perbaikan pada tahap
kedua
yaitu pada penyajian materi pembelajaran dengan media kurang
melibatkan siswa dengan media wayang kertas. Hasil refleksi
siklus I dijadikan dasar perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan
pengamatan pembelajaran pada siklus II,
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan media wayang
kertas sudah berjalan dengan kriteria sangat baik.
Data hasil pengamatan proses
pembelajaran pada siklus I dan siklus II, disajikan sebagaimana dalam Tabel 1.
Tabel 1. Peningkatan
proses pembelajaran dengan media wayang kertas
No
|
Aspek Pengamatan
|
Kondisi Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Peningkatan
|
1.
|
Penuh
perhatian
|
78 %
|
80 %
|
95 %
|
15 %
|
2.
|
Aktif
|
79 %
|
81 %
|
94 %
|
13%
|
3.
|
partisipatif
|
80 %
|
83 %
|
96 %
|
13%
|
4.
|
Sungguh-sungguh
|
78 %
|
80 %
|
95 %
|
15 %
|
5.
|
Semangat
|
80 %
|
82 %
|
95%
|
13 %
|
Rata-rata
|
79 %
|
81,2 %
|
95 %
|
13.8 %
|
|
Kategori
|
Cukup Baik
|
Baik
|
Sangat Baik
|
Data di atas
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media wayang
kertas telah terjadi peningkatan skor dari kondisi awal
sebesar 79 % menjadi 81,2 % pada siklus I, kemudian menjadi 95% pada
siklus II atau dengan kata lain meningkat 13.8 %.
2.
Meningkatnya
Kompetensi Menentukan
Nilai-Nilai dalam Cerita Rakyat
Hasil evaluasi atau tes yang
dilaksanakan menunjukkan bahwa penggunaan media wayang kertas mampu
meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.
Peningkatan kompetensi siswa tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata
kelas. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Peningkatan Kompetensi Menentukan
nilai-nilai dalam cerita
No
|
Peningkatan
Kompetensi Menentukan nilai-nilai dalam cerita
|
Nilai
rata-rata kelas
|
|||
Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Peningkatan
|
||
1
|
Menentukan nilai keagamaan
|
70,0
|
78,7
|
94,4
|
34,4%
|
2
|
Menentukan nilai-nilai moral
|
65,0
|
76,9
|
88,0
|
36,5%
|
3
|
Menentukan nilai-nilai sosial
|
62,0
|
75,4
|
77,2
|
26,9%
|
Rata-rata
|
65.7
|
77.0
|
86.5
|
32,9%
|
Data di atas menujukkan
bahwa kompetensi ke-1 yaitu menentukan nilai-nilai keagamaan dalam
cerita rakyat dari kondisi awal sampai pada siklus II mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 70 pada
kondisi awal menjadi 78,7 pada siklus I atau dengan kata lain
hasil belajar siswa meningkat 8,7. Hasil pembelajaran makin meningkat pada
siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 94,4 dengan kata lain
meningkat lagi 15,7. Sehingga dari kondisi awal sampai pada siklus II
terjadi peningkatan 34,4%.
Untuk kompetensi ke-2 yaitu menentukan
nilai-nilai moral dalam cerita rakyat juga mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 65 pada
kondisi awal menjadi 76,9 pada siklus I atau dengan kata lain
hasil belajar siswa meningkat 11,9. Hasil pembelajaran makin meningkat
pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 88 dengan
kata lain meningkat lagi 11,1. Sehingga dari kondisi awal sampai
pada siklus II terjadi peningkatan 36,5%.
Peningkatan juga terjadi pada kompetensi
ke-3
yaitu menentukan nilai-nilai sosial dalam cerita rakyat. Hal ini
terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 62 pada kondisi awal
menjadi 75,4 pada siklus I atau dengan kata lain hasil belajar siswa
meningkat 13,4. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II
dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 77,2 dengan kata lain
meningkat lagi 1,8. Sehingga dari kondisi awal sampai pada siklus II
terjadi peningkatan 26,9%.
Secara keseluruhan, peningkatan kompetensi
siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017
dalam menentukan nilai-nilai keagamaan, moral, dan sosial dalam cerita rakyat dengan
menggunakan media wayang kertas dari kondisi awal ke siklus I dan ke siklus II
sebesar 32,9%.
D.
Kendala-Kendala yang
Dihadapi
Kendala yang dihadapi pada saat
penerapan pembelajarn dengan menggunakan wayang kertas untuk materi pembelajaran
menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat adalah: (1) belum terbiasanya siswa dalam melakukan menemukan sendiri suatu kosep, sehingga peneliti perlu
mengefektifkan diskusi siswa dan memberikan tambahan penjelasan secara klasikal
untuk memperkuat konsep; (2) aktivitas siswa pada tahap menyajikan hasil
diskusi dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain masih kurang maksimal
karena siswa belum terbiasa menyampaikan gagasan di depan teman-temannya sehingga
peneliti perlu memberikan bimbingan kepada siswa bagaimana mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
E.
Faktor-Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan pembelajaran
dengan menggunakan media wayang kertas di antaranya: (1) sekolah sangat mendukung
setiap program yang dibuat guru untuk pengembangan diri, sehingga memudahkan
guru dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki secara optimal; (2)
penelitian ini dibantu dan dukung teman sejawat dalam mengamati proses
pembelajaran dengan menggunakan media wayang dan (3) siswa
yang antusias dalam melaksanaakan pembelajaran dengan menggunakan media wayang
kertas sehingga pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan best practice ini adalah sebagai berikut.
1.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas pada
siklus I dapat terlaksana dengan kategori baik dengan skor rata-rata 81,2 % dan
meningkat menjadi sangat baik dengan rata-rata 95 % pada siklus II atau dengan kata
lain meningkat 13,8 %. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan media
wayang kertas layak digunakan sebagai model pembelajaran.
2.
Pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas mampu meningkatkan
kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita. Ini ditunjukan peningkatan, kompetensi menentukan
nilai keagamaan meningkat 34,4% kompetensi menentukan nilai moral meningkat 36,5%,
dan menentukan nilai sosial meningkat 19,7%. Secara keseluruhan peningkatan
kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat sebesar 26,9%.
B.
Rekomendasi
Operasional
Dari hasil penelitian pembelajaran dengan
menggunakan media wayang kertas pada materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat,
penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut.
1.
Pada pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas diharapkan
memperhatikan alokasi waktu pada setiap tahapan terutama pada tahap siswa
berdiskusi dan menyajikan hasil karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dari tahapan
lainya.
2.
Pada tahapan siswa berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai dalam cerita
rakyat, guru hendaknya memberi bimbingan pada siswa secara intensif agar siswa
lebih efektif memanfaatkan waktu.
DAFTAR
PUSTAKA
Briggs, L. 1970. Principles
of Constructional Design. New York: Holt, Rinehartand Winston.
Depdiknas. 2007. Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas No. 41
tahun 2007.
Djamarah, S. B. dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Harjanto. 1997. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Schramm, Wilbur. 1977. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Grasindo.
Yunus, Ahmad, dkk. 1990. Kajian Analisis Hikayat Budistihara. Jakarta: Dapdikbud.
POSTINGAN TERKAIT
BACA BAGIAN AWAL (COVER) BEST PRACTICE DI SINI
BACA CONTOH RISALAH AKADEMIK BABAK FINAL OGN 2016 DI SINI
BACA BAHAN PERSIAPAN LENGKAP OGN (SOAL DAN MATERI) DI SINI
BACA BAGIAN AWAL (COVER) BEST PRACTICE DI SINI
BACA CONTOH RISALAH AKADEMIK BABAK FINAL OGN 2016 DI SINI
BACA BAHAN PERSIAPAN LENGKAP OGN (SOAL DAN MATERI) DI SINI
Alkhamdulillah...jazakumullah bapak kagem ilmunya Batokallah...
ReplyDeleteAamiin, yra.. Alhamdulillah, syukron
Delete