10 May 2017

BEST PRACTICE BABAK FINAL OGN 2016 (BAGIAN ISI)


BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat merupakan prosa lama berupa tradisi lisan. Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng. Dongeng ini hidup dan berkembang dalam masyarakat tertentu tetapi tidak pernah diketahui siapa pengarangnya. Sebagai genre sastra lisan, cerita rakyat memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat.

Seiring dengan arus globalisasi cerita rakyat seakan-akan terlupakan dan tidak pernah dikaji. Padahal cerita rakyat merupakan tradisi budaya yang memegang nilai-nilai luhur. Di dalamnya terdapat ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat merupakan sesuatu yang sangat penting.

Sehubungan dengan konsep nilai, Yunus, dkk. (1990) menjelaskan bahwa nilai adalah kadar isi yang memiliki sifat-sifat atau hal-hal penting yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi manusia atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra. Nilai adalah ide-ide yang menggambarkan serta membentuk suatu cara dalam sistem masyarakat sosial yang merupakan rantai penghubung secara terus-menerus dari kehidupan generasi terdahulu.

Sehubungan dengan pengelompokan nilai, Zahafudin (1996) menjelaskan bahwa secara garis besar nilai-nilai kehidupan yang ada dalam karya sastra terdiri atas tiga golongan besar yaitu (1) nilai keagamaan, (2) nilai sosial (3) nilai moral. Selanjutnya, nilai-nilai tersebut masih dapat dikelompokan dalam bentuk yang kecil, yaitu nilai agama terdiri atas nilai tauhid, nilai pengetahuan, nilai penyerahan diri kepada takdir. Nilai sosial terdiri atas nilai gotong-royong, musyawarah, kepatuhan, kesetiaan dan keikhlasan. Dan nilai moral terdiri atas nilai kejujuran, nilai kesopanan, ketabahan, dan menuntut malu atau harga diri.

Peningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat perlu ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran menentukan nilai-nilai cerita rakyat hendaknya dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, sehingga memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2007). Oleh karena itu, peningkatan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat harus dibangun oleh siswa sendiri melalui keterlibatan aktif dalam belajar.

Menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat merupakan salah satu materi penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada kelas XI IPA-2 semester 1 dan merupakan materi yang masuk dalam standar kelulusan untuk Ujian Nasional pada kelas XII. Kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita juga sangat penting dikuasai oleh siswa untuk memperluas wawasan dan membangun karakter siswa khususnya memperhalus budi pekerti siswa.

Kompetensi siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat masih rendah. Hal ini ditunjukan dari hasil ulangan materi menentukan nilai-nilai cerita rakyat yang masih rendah. Persentase kompetensi menentukan nilai keagamaan capaian rata-rata nilai kelas 70,  kompetensi menentukan nilai moral 65, dan kompetensi menentukan nilai sosial 62. Dengan demikian, diperlukan kepedulian dan kreativitas guru meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

Salah satu hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran adalah media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran yang tepat pada materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat sangat diperlukan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran sebelumnya guru hanya menekankan pada isi (content) dari cerita rakyat dan belum memperhatikan proses (process), sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Guru belum mengoptimalkan kompetensi peserta didik dan belum menempatkan diri sebagai pembimbing, mengarahkan, dan menguatkan setiap konstribusi peserta didik dalam pembelajaran. Siswa hanya menghafal pengertian, jenis-jenis cerita rakyat, dan unsur-unsur cerita rakyat dan menggunakannya untuk menyelesaikan soal, sehingga keaktifan, perhatian, partisipasi, kesungguhan, dan semangat siswa kurang. Proses pembelajaran yang masih didominasi oleh tujuan level rendah seperti menghafal pengertian, dan macam-macam cerita rakyat, unsur-unsur cerita rakyat dan mengerjakan soal, mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

Berdasarkan fakta di lapangan,  dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI IPA-2, penulis mengadakan perubahan dengan menggunakan media wayang kertas sehingga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi siswaSalah satu materi yang dianggap sulit siswa adalah materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Kesulitan siswa disebabkan antara lain: (1) rendahnya penguasaan materi nilai-nilai dalam cerita rakyat, dan  (2) kurangnya pemahaman siswa dalam mengidentifikasi nilai-nilai dalam cerita rakyat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis merencanakan pembelajaran menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan menggunakan media wayang kertas. Menurut Briggs (1970), media adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (1995) “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran”.

B.           Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah dalam best practice ini adalah sebagai berikut.
1.            Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas dalam meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017?
2.            Berapa besar peningkatan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 setelah menggunakan media wayang kertas? 
C.          Tujuan
Tujuan best practice ini adalah sebagai berikut.
1.            Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
2.            Mengetahui dampak penggunaan media wayang kertas dalam rangka meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. 
D.          Manfaat

Best practice ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

Adapun manfaat best practise ini adalah sebagai berikut.

1.            Manfaat bagi siswa

Penggunaan media wayang kertas diharapkan mampu memberi solusi pada siswa dalam meningkatkan penguasaan materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

2.            Manfaat bagi guru bahasa Indonesia

Penggunaan media wayang kertas diharapkan mampu memberikan model pembelajaran yang lebih bervariasi untuk meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

3.            Manfaat bagi sekolah

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas dapat memberi konstribusi bagi perbaikan proses pembelajaran di sekolah, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa serta dapat digunakan untuk memajukan prestasi sekolah.


BAB II

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

A.          Alasan Strategi Pemecahan Masalah

Alasan penulis menggunakan media pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa karena media memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran. Manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997) adalah: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya) 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa. 3) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Pemilihan media wayang kertas untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat telah mempertimbangkan prinsip pemilihan media pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan Harjanto (1997) yaitu: tujuan, keterpaduan (validitas), keadaan peserta didik, ketersediaan, mutu teknis, biaya. Media wayang kertas diharapkan dapat  meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Media wayang kertas juga mudah di dapat dan murah harganya.

Penggunaan media wayang kertas sangat diperlukan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan mencapai tujuan pembelajaran terutama pada kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita. Pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media wayang kertas siswa akan berinteraksi dengan wayang kertas dan siswa akan dibagi dalam  kelompok-kelompok yang anggotanya memiliki kompetensi kognitif yang heterogen. Pembagian kelompok didasarkan hasil tes kompetensi awal dengan demikian setiap kelompok mempunyai anggota yang mempunyai kompetensi yang relatif sama. Adanya pembagian kelompok siswa dalam pembelajaran dengan kompetensi awal yang heterogen akan mendorong terjalinnya hubungan yang saling mendukung antar anggota kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya baik kepada siswa lain maupun kepada guru, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar yang diperoleh lebih maksimal.

Pembelajaran dengan mengguanakan wayang kertas untuk kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat direncanakan terdiri atas 2 siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan  (2 jam pelajaran) dan pada setiap siklus siswa akan diberikan tes kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.  Berikut ini skema kerangka berfikir disajikan dalam Gambar 1.                     




Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir



B.           Implementasi Strategi Pemecahan Masalah

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Secara umum, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tujuh tahap. Berikut ini kegiatan pembelajaran pada materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan menggunakan media wayang kertas.

Pada tahap pertama atau pendahuluan, siswa merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya, menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Kegiatan tersebut ditunjukkan oleh Gambar 2 dan Gambar 3.


Gambar 2. Siswa menerima informasi tujuan pembelajaran



Gambar 3. Siswa menerima informasi tentang hal-hal yang akan dipelajari


Pada kegiatan kedua (inti), siswa dalam kelompok-kelompok (tim belajar) yang terdiri 5 – 6 siswa mencermati guru yang menyajikan materi dengan metode memperdengarkan cerita rakyat dengan menggunakan wayang kertas dan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 4 dan Gambar 5.


Gambar 4.    Siswa mencermati guru yang  mendongeng dengan media wayang kertas (siklus 1)



Gambar 5.    Siswa mempraktikkan mendongeng dengan media wayang kertas (siklus 2)


Pada tahap ketiga (inti), siswa dalam kelompok dengan bimbingan guru berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai dalam cerita dengan mengisi Lembar Kerja Siswa. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 6.

Gambar 6. Siswa berdiskusi dengan bimbingan guru


Tahap keempat (inti), Siswa sebagai perwakilan kelompok yang ditunjuk guru menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas, sementara kelompok yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan. Kegiatan tersebut ditunjukan oleh Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.


Gambar 7. Siswa menyajikan hasil diskusi di depan kelas


Gambar 8. Siswa menanggapi presentasi kelompok lain


Gambar 9. Siswa menanggapi presentasi kelompok lain



Tahap kelima (penutup), siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Kegiatan siswa menyimpulkan materi pembelajaran terlihat pada Gambar 10.


Gambar 10. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan dibimbing guru


Tahap keenam (penutup) siswa melaksanakan evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh guru. Kegiatan siswa melaksanakan evaluasi terlihat pada Gambar 11 dan gambar 12.


Gambar 11. Siswa melaksanakan evaluasi



Gambar 12. Siswa melaksanakan evaluasi


Tahap ketujuh (penutup) siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran dan menerima umpan balik, tugas, dan informasi tentang kegiatan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan siswa melaksanakan refleksi terlihat pada Gambar 13.


Gambar 13. Siswa melaksanakan refleksi



Setelah pembelajaran dilaksanakan pada siklus I dan tindak lanjut hasil refleksi pada siklus I, dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Perubahan yang dilakukan diantaranya: pada tahap kedua (inti) lebih dimaksimalkan dengan cara siswa yang memanfaatkan media wayang kertas untuk mendongeng. Dengan siswa berinteraksi langsung dengan media wayang kertas diharapkan siswa lebih termotivasi pada pembelajaran karena siswa mengalami sendiri. Dengan peningkatan motivasi dan pengalaman langsung dengan media pembelajaran berupa wayang kertas diharapkan akan meningkatkan hasil pembelajaran yaitu meningkatnya kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat.


C.          Hasil atau Dampak yang Dicapai

Penggunaan media wayang kertas di kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali memiliki dampak sebagai berikut.

1.            Meningkatnya Proses Pembelajaran

Untuk mengetahui dampak penggunaan wayang kertas terhadap proses pembelajaran pada kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat, penulis melibatkan teman sejawat sebagai pengamat atau observer. Kegiatan pengamatan proses pembelajaran terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.


Gambar 14. Observer mengamati proses pembelajaran



Gambar 15. Observer mengamati proses pembelajaran


Berdasarkan pengamatan observer pada siklus I, menunjukkan bahwa penggunaan media wayang kertas pada kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali telah menunjukkan dampak pada proses pembelajaran yaitu meningkatan sikap belajar siswa yang meliputi tingkat perhatian, keaktifan, partisipatif, kesungguhan, dan semangat belajar namun belum maksimal. Artinya masuk kategori baik dan masih perlu perbaikan lagi dalam implementasinya. Perbaikan pada tahap kedua yaitu pada penyajian materi pembelajaran dengan media kurang melibatkan siswa dengan media wayang kertas. Hasil refleksi siklus I dijadikan dasar perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus II,  menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan media wayang kertas sudah berjalan dengan kriteria sangat baik.

Data hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II, disajikan sebagaimana dalam Tabel 1. 

Tabel 1. Peningkatan proses pembelajaran dengan media wayang kertas

No
Aspek Pengamatan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
        1.
Penuh perhatian
78 %
80 %
95 %
15 %
        2.
Aktif
79 %
81 %
94 %
13%
        3.
partisipatif
80 %
83 %
96 %
13%
       4.
Sungguh-sungguh
78 %
80 %
95 %
15 %
      5.
Semangat
80 %
82 %
95%
13 %
Rata-rata
79 %
81,2 %
95 %
13.8 %
Kategori
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik


Data di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas telah terjadi peningkatan skor dari kondisi awal sebesar 79 % menjadi 81,2 % pada siklus I, kemudian menjadi 95% pada siklus II atau dengan kata lain meningkat 13.8 %.

2.            Meningkatnya Kompetensi Menentukan Nilai-Nilai dalam Cerita Rakyat

Hasil evaluasi atau tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa penggunaan media wayang kertas mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat. Peningkatan kompetensi siswa tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata kelas. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Kompetensi Menentukan nilai-nilai dalam cerita

No
Peningkatan Kompetensi Menentukan nilai-nilai dalam cerita
Nilai rata-rata kelas
Awal
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
1
Menentukan nilai keagamaan
70,0
78,7
94,4
34,4%
2
Menentukan nilai-nilai moral
65,0
76,9
88,0
36,5%
3
Menentukan nilai-nilai sosial
62,0
75,4
77,2
26,9%
Rata-rata
65.7
77.0
86.5
32,9%

Data di atas menujukkan bahwa kompetensi ke-1 yaitu menentukan nilai-nilai keagamaan dalam cerita rakyat dari kondisi awal sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 70 pada kondisi awal menjadi 78,7 pada siklus I atau dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat 8,7. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 94,4 dengan kata lain meningkat lagi 15,7. Sehingga dari kondisi awal sampai pada siklus II terjadi peningkatan 34,4%.

Untuk kompetensi ke-2 yaitu menentukan nilai-nilai moral dalam cerita rakyat juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 65 pada kondisi awal menjadi 76,9 pada siklus I atau dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat 11,9. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 88 dengan kata lain meningkat lagi 11,1. Sehingga dari kondisi awal sampai pada siklus II terjadi peningkatan 36,5%.

Peningkatan juga terjadi pada kompetensi ke-3 yaitu menentukan nilai-nilai sosial dalam cerita rakyat. Hal ini terlihat dengan peningkatan rata-rata nilai dari 62 pada kondisi awal menjadi 75,4 pada siklus I atau dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat 13,4. Hasil pembelajaran makin meningkat pada siklus II dengan peningkatan rata-rata nilai menjadi 77,2 dengan kata lain meningkat lagi 1,8. Sehingga dari kondisi awal sampai pada siklus II terjadi peningkatan 26,9%.

Secara keseluruhan, peningkatan kompetensi siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dalam menentukan nilai-nilai keagamaan, moral, dan sosial dalam cerita rakyat dengan menggunakan media wayang kertas dari kondisi awal ke siklus I dan ke siklus II sebesar 32,9%.

D.          Kendala-Kendala yang Dihadapi

Kendala yang dihadapi pada saat penerapan pembelajarn dengan menggunakan wayang kertas untuk materi pembelajaran menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat adalah: (1) belum terbiasanya siswa dalam melakukan menemukan sendiri suatu kosep, sehingga peneliti perlu mengefektifkan diskusi siswa dan memberikan tambahan penjelasan secara klasikal untuk memperkuat konsep; (2) aktivitas siswa pada tahap menyajikan hasil diskusi dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain masih kurang maksimal karena siswa belum terbiasa menyampaikan gagasan di depan teman-temannya sehingga peneliti perlu memberikan bimbingan kepada siswa bagaimana mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

E.           Faktor-Faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung sebagai penguat penerapan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas di antaranya: (1) sekolah sangat mendukung setiap program yang dibuat guru untuk pengembangan diri, sehingga memudahkan guru dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki secara optimal; (2) penelitian ini dibantu dan dukung teman sejawat dalam mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan media wayang dan (3) siswa yang antusias dalam melaksanaakan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

  
BAB III

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

A.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan best practice ini adalah sebagai berikut.

1.      Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas pada siklus I dapat terlaksana dengan kategori baik dengan skor rata-rata 81,2 % dan meningkat menjadi sangat baik dengan rata-rata 95 % pada siklus II atau dengan kata lain meningkat 13,8 %. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas layak digunakan sebagai model pembelajaran.

2.      Pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas mampu meningkatkan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita. Ini ditunjukan peningkatan, kompetensi menentukan nilai keagamaan meningkat 34,4% kompetensi menentukan nilai moral meningkat 36,5%, dan menentukan nilai sosial meningkat 19,7%. Secara keseluruhan peningkatan kompetensi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat sebesar 26,9%.
B.           Rekomendasi Operasional

Dari hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas pada materi menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1.            Pada pembelajaran dengan menggunakan media wayang kertas diharapkan memperhatikan alokasi waktu pada setiap tahapan terutama pada tahap siswa berdiskusi dan menyajikan hasil karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dari tahapan lainya.

2.            Pada tahapan siswa berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai dalam cerita rakyat, guru hendaknya memberi bimbingan pada siswa secara intensif agar siswa lebih efektif memanfaatkan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Briggs, L. 1970. Principles of Constructional Design. New York: Holt, Rinehartand Winston.

Depdiknas. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas No. 41 tahun 2007.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Schramm, Wilbur. 1977. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Grasindo.

Yunus, Ahmad, dkk. 1990. Kajian Analisis Hikayat Budistihara. Jakarta: Dapdikbud.

POSTINGAN TERKAIT
BACA BAGIAN AWAL (COVER) BEST PRACTICE DI SINI
BACA CONTOH RISALAH AKADEMIK BABAK FINAL OGN 2016 DI SINI
BACA BAHAN PERSIAPAN LENGKAP OGN (SOAL DAN MATERI) DI SINI





2 comments:

  1. Alkhamdulillah...jazakumullah bapak kagem ilmunya Batokallah...

    ReplyDelete